Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 14:55 WIB | Sabtu, 27 Desember 2014

Kado Natal Terindah Rakyat AS: Harga BBM Turun

Super Saturday, hari Sabtu sebelum Hari Natal di Mal Willowbrook di Wayne, tampak dipadati para pejalan kaki yang akan berbelanja (Foto: NorthJersey.com)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Turunnya harga minyak di pasar AS hingga menyentuh angka terendah dalam lima tahun terakhir menjadi kado terindah bagi rakyat AS, disamping perbaikan perekonomian yang ditandai oleh pertumbuhan lapangan kerja dan tingkat kenaikan gaji yang lebih besar.

Turunnya harga BBM berdampak pada naiknya daya beli masyarakat. Itu terlihat dari gairah berbelanja mereka, yang ditunjukkan oleh kenaikan omzet bisnis ritel di negara itu.

Setelah sempat tertatih-tatih di awal permulaan musim belanja Natal, para pebisnis ritel kali ini diuntungkan oleh harga minyak yang semakin murah yang membuat konsumen merasakan daya beli yang lebih tinggi. Ujungnya, berbelanja lebih banyak.

Craig Johnson, presiden Customer Growth Partners, lembaga yang meneliti penjualan industri ritel, mengatakan kenaikan omzet pusat perbelanjaan selama musim liburan Natal ini mencapai 3,9 persen, lebih tinggi daripada yang dia proyeksikan sebelumnya.

Tahun ini merupakan kenaikan gaji karyawan  terbesar sejak tahun 1999 dipicu oleh perbaikan perekonomian. Lalu AS juga mengalami  harga BBM yang terendah dalam lima tahun terakhir, yang mendorong konsumen berbelanja secara lebih bersemangat.

Menurut Johnson, sebagaimana dikutip oleh NorthJersey.com, turunnya harga BBM sebanyak 22 persen bulan ini diperkirakan akan memicu kenaikan belanja Natal di AS sebesar US$ 3 miliar.

Penjualan pada masa hari raya Thanksgiving hingga Natal, menurut data MasterCard, naik 5,5 persen, utamanya untuk produk-produk perhiasan dan busana perempuan.

Sementara itu, Johnson mengatakan belanja musim Natal ini merupakan tahun terbaik bagi konsumen dan produsen produk-produk elektronik serta mainan. Belanja paling favorit antara lain adalah produk iPhone dari Apple dan boneka  'Frozen' dari Disney.

Federasi Ritel Nasional AS memperkirakan  penjualan pada bulan November dan Desember tumbuh 4,1 persen, kenaikan terbesar sejak 2011. Tahun lalu, penjualan musim liburan hanya tumbuh 3,1 persen, terkendala oleh  badai musim dingin yang parah yang menyebabkan konsumen lebih suka mengurung diri di rumah.

Pada akhir musim Thanksgiving lalu, para peritel sempat cemas melihat angka penjualan yang melambat dan sepinya para pejalan kaki turun ke pusat-pusat perbelanjaan. Semula diperkirakan akan ada enam juta orang yang berbelanja, nyatanya tidak seperti yang dibayangkan.

Pada akhirnya, program diskon dapat membantu memikat datangnya pembeli. Para peritel kemudian menyelenggarakan progrm diskon sepanjang musim.

Harga BBM Terus Turun

Rakyat AS kini seperti sedang 'merayakan' penurunan harga BBM di dalam negeri, seiring dengan pasok minyak yang terus bertambah di pasar domestik maupun pasar global. Di sejumlah wilayah di AS harga BBM telah berada di bawah US$ 2 per galon, terendah sejak 2009. Tren penurunan harga diperkirakan berlanjut hingga tahun depan, karena pasok minyak AS yang masih akan bertambah, sementara jumlah orang yang bepergian diperkirakan berkurang.

Kepala The Fed atau bank sentral AS, Janet Yellen, mengatakan penurunan harga BBM di AS tidak mengkhawatirkan, malahan merupakan kabar baik bagi perekonomian AS.

"Penurunan harga BBM itu sangat bagus pengaruhnya bagi rumah tangga. Itu ibarat menaruh uang ke kantong mereka, karena mereka membelanjakan lebih sedikit uang untuk BBM dan energi, sehingga tidak ubahnya seperti ada keringanan pajak, yang menyebabkan daya beli mereka semakin bertambah," kata Yellen.

Hal yang sama dikemukakan oleh Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, Christine Lagarde. Menurut dia, penurunan harga minyak dunia berdampak positif bagi perekonomian dunia.

Dia mengakui penurunan itu bisa merugikan beberapa pengekspor minyak mentah tetapi secara keseluruhan hal itu baik bagi ekonomi dunia. "Akan ada yang diuntungkan dan dirugikan, tetapi secara keseluruhan itu kabar baik untuk ekonomi global,"katanya.

"Ini mungkin menjadi tambahan 0,8 persen (pertumbuhan) untuk negara-negara paling maju, karena semua dari mereka adalah pengimpor minyak, apakah Anda melihat pada AS, Jepang, tentu Eropa ... dan Tiongkok," kata dia.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home