Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 16:40 WIB | Selasa, 21 Oktober 2014

Kesepakatan Doha akan Membuat Dunia 11 Triliun Dolar Lebih Kaya

Konsultasi menteri luar negeri lanjutan kesepakatan Doha 2001. Diselenggarakan di Jenewa, 21-30 Juli 2008. (Foto: WTO)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Kesepakatan perdagangan bebas global akan menambahkan 11 triliun dolar AS bagi ekonomi dunia dan menarik 160 juta orang keluar dari kemiskinan pada 2030, ekonom mengatakan dalam sebuah studi yang dipublikasikan Selasa (21/10).

Negara-negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) meluncurkan negosiasi pada 2001 di ibu kota Qatar, Doha, untuk kesepakatan global mengenai pemotongan tarif perdagangan dan menghapus subsidi, namun gagal mencapai kesepakatan.

Namun, para ekonom yang ditugaskan lembaga riset terkemuka Copenhagen Consensus Centre mengatakan dalam serangkaian penelitian yang diterbitkan Selasa kesepakatan global seperti itu akan menjadi investasi yang luar biasa.

Penerapan kesepakatan itu tidak akan bebas, para ekonom mengatakan untuk setiap dolar yang dikeluarkan untuk ditempatkan di tempat perjanjian, negara bisa meraup keuntungan setidaknya 2.000 dolar AS.

“Biayanya sangat kecil,” ekonom Australia dan penulis utama riset, Kym Anderson, mengatakan kepada AFP.

Dan yang akan menjadi pemenang terbesarnya adalah negara-negara berkembang, yang cenderung memiliki hambatan perdagangan tertinggi—dengan sekitar 3.400 dolar AS dalam imbalan untuk setiap dolar yang dihabiskan di sana, kata mereka.

“Perkiraan kasar kami menunjukkan pada 2030, akan ada 160 juta orang terbebas dari kemiskinan ekstrem jika (Doha) diimplementasikan,” kata Anderson.

“Anda akan berakhir dengan keuntungan besar,” ia menambahkan.

WTO sendiri pada tahun lalu memperkirakan kesepakatan perdagangan global bisa menambahkan beberapa ratus miliar dolar, atau bahkan lebih dari satu triliun dolar, ke jumlah perdagangan global tahunan.

Tetapi lebih dari satu dekade negosiasi itu belum melahirkan buah karena negara-negara maju menolak memangkas subsidi kepada petani, sedangkan negara-negara berkembang menolak untuk menurunkan tarif yang dibebankan atas barang-barang industri.

“Akan ada kerugian lebih besar,” Bjorn Lomborg dari Copenhagen Consensus Centre mengakui, mengacu misalnya untuk beberapa petani Eropa yang mungkin melihat subsidi mereka menghilang.

Tetapi mereka akan jauh sebanding dengan pemenang, terutama di negara-negara berkembang, katanya.

“Ini secara fundamental bisa mengubah dunia. Kita bisa membuat dunia sekitar 10 persen lebih kaya pada 2030 dibandingkan dengan yang seharusnya, dan membuat setiap orang di dunia berkembang 1.000 dolar AS keadaannya lebih baik.”

Lomborg dan Anderson mengatakan, mereka berharap analisis tersebut akan memberikan “argumen besar” bagi mereka untuk mendorong dimulainya kembali diskusi tentang perdagangan bebas global.

Ekonom Santiago Fernandez de Cordoba dari Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) dan David Vanzetti dari Australia National University mengatakan dalam sebuah reaksi terhadap studi para ekonom tersebut bahwa pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup untuk menjamin pembangunan yang lebih luas.

“Investasi adalah kuncinya. Modal perlu dialokasikan dengan benar dan digunakan secara produktif. Tata kelola sangat penting,” tulis mereka.

Jika Doha tetap sulit dipahami, analisis menunjukkan Asia yang berfokus pada perjanjian perdagangan bebas regional juga bisa meraup keuntungan hampir 2.000 dolar AS untuk setiap dolar yang dikeluarkan.

Namun, kesepakatan tersebut akan mengecualikan Afrika dan dengan demikian “menghilangkan kesempatan terbaik untuk mengangkat masyarakat dari kemiskinan,” kata Lomborg.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home