Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 15:54 WIB | Selasa, 28 Oktober 2014

Ketenangan Yang Menakutkan, Kristen Irak Memikirkan Masa Depan

Seorang anak berbicang dengan seorang pemuda anggota milisi Kristen yang menjaga kota Alqos. (Foto: dari RNS)

ALQOSH, IRAK, SATUHARAPAN.COM - Basima al-Safar telah menyamarkan karya mural yang menggambar Yesus di bagian depan rumahnya yang menghadap lembah Niniwe, sekitar 30 kilometer sebelah utara kota Mosul di Irak. Dia menggantinya dengan figur kuda.

Mural yang dia buat itu menceritakan kisah warga masyarakatnya, tentang orang-orang Kristen di Irak. Tapi dengan datangnya militan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) di dekat wilayah itu, dia khawatir bahwa kehidupan di Alqosh dan kota-kota seperti itu bisa segera berakhir.

Alqosh adalah kota Kristen Asiria yang berpenduduk sekitar 6.000 orang, dan terletak di sebuah bukit. Kota dibangun pada abad ketujuh pada masa Rabban Hormizd Monastery. Kota itu ditutup sementara karena situasi keamanan yang tidak menentu.

Warga Alqosh melarikan diri pada musim panas ini sebelum masuknya militan NIIS. Namun sekarang sekitar 70 persen dari penduduk kota itu telah kembali, wakalupun rasa tidak aman masing menggantung di udara kota itu.

Berjaga dari Serangan

Di bawah biara yang berasa di atas, sebuah toko dengan pemiliknya yang sendirian menunggu pelanggan. Di pinggir kota itu, para pejuang Kristen setempat menjaga pos dan mengawasi kemungkinan datangnya serangan. Para jihadis NIIS berada hanya 10 mil jauhnya dari kota itu, dan penduduk kota khawatir bahwa suatu kali mereka mungkin harus melarikan diri lagi.

Pada bulan Agustus, kota Kristen lainnya, Qaraqosh yang berada 18 km diebelah timur dari Mosul, diserbu jihadis NIIS, termasuk beberapa desa tetangga. Desa-desa itu adalah rumah bagi komunitas-komunitas Kristen Irak selama berabad-abad. Jihadis NIIS datang dekat kota itu, tetapi tidak pernah bisa masuk Alqosh.

Al-Safar telah bekerja keras melukis mural kehidupan Kristen selama 34 tahun. Dia lahir di Alqosh dan mural itu dia cat pada rumahnya  dengan  dibantu sepupu dan keponakan. Awal musim panas ini, seperti banyak penduduk kota, dia juga melarikan diri ke Dohuk, sebuah kota Kurdi di utara Irak.

Kota Hantu

"Ketika saya kembali, Alqosh bagaikan kota hantu," katanya.  Dan dia mulai mendekorasi kembali rumahnya dengan mural keagamaan setelah kematian ibunya tiga tahun lalu. Tapi sekarang dia menampilkan figur dan tokoh Alkitab, tanaman dalam pot, suasana pesta dan malaikat. Namun dia bertanya pada dirinya apakah dia akan pernah melukis lagi?

Sebelum 2003, diperkirakan ada 1,5 juta orang Kristen di Irak. Hari-hari ini, hanya sekitar 400.000 orang saja yang tinggal. Pada bulan Juli lalu, orang-orang Kristen melarikan diri dari Mosul akibat serangan militan NIIS. Jihadis ini memberi mereka ultimatum untuk pindah agama, membayar pajak atau dibunuh.

Mrayma dan Athra Mansour, adalah dua orang Kristen bersaudara yang tengah berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan baru itu.  Athra Mansour menggunakan waktunya  untuk mengajar bahasa Syriak  kepada anak-anak di sana, dan desa tetangga, Tel Isqof.  "Tel Isqof sekarang kosong," katanya men jelaskan.

Mrayma Mansour dulu bekerja sebagai disc jockey lokal, dan sejak mengangkat senjata sebagai bagian dari pemuda milisi Kristen. Dia mengatakan bahwa dia ingin ada perlindungan internasional bagi warga kotanya, dan umat Kristen, dengan membentuk zona aman, melengkapi  senjata dan memberi pelatihan.

"Jika hal ini tidak terjadi, saya akan menggunakan paspor saya dan keluarga dan mencoba untuk pergi ke negara lain, karena  di sini tidak akan aman," katanya.

Melukis Kebenaran

"Tidak ada yang bekerja di sini," katanya, saat bermain dengan tiga cucunya. "Saya mengendarai taksi dari Bagdad ke Alqosh. Saya tidak bisa bekerja, karena terlalu berbahaya dan tidak ada pelanggan."

Pada 04:30, lonceng Gereja St. George berbunyi. Beberapa perempuan dan anak-anak berkumpul untuk ibadah yang dipimpin oleh Diaken Salim Qoda. Sebagian besar kursi di ruang itu kosong. Doa yang dibaca dalam bahasa Syriak kuno, sebuah  dialek bahasa Aram diyakini juga bahasa yang digunakan oleh Yesus.

Wadhah Sabih, diaken lain dari kota itu mengatakan bahwa dia bangga dengan sejarah kota Asyur-nya. Orang-orang dari Alqosh telah berabad-abad membela diri menghadapi banyak pihak yang ingin menjajah, katanya. Tapi sekarang, "kami hidup dengan berhati-hati; setiap keluarga bersiap untuk melarikan diri."

Di rumahnya,  Al-Safar mengungkapkan keinginannya untuk kembali membuat karya mural.  "Saya akan melukis orang-orang Kristen sebagai orang-orang tuna wisma, beremigrasi dengan tas dan koper," katanya. "Saya akan melukis kebenaran." (RNS)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home