Loading...
EDITORIAL
Penulis: Redaksi Editorial 14:36 WIB | Minggu, 01 Maret 2020

Mampukah Indonesia Cegah Masuknya COVID-19?

Hingga hari Minggu (1/3) Indonesia masih masuk dalam peta negara yang masih bebasr dari virus corona baru (COVID-19), di antara negara-negara baru yang terus melaporkan kasus pertama mereka. (Grafis dari Bloomberg)

SATUHARAPAN.COM-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa untuk mengatasi wabah virus corona baru yang dinamai COVID-19 adalah dengan memutus rantai penularan. Virus ini terus menyebar ke lebih banyak negara dan WHO menetapkan kewaspadaan pada tingkat tertinggi.

Setiap hari, laporan media massa menyebutkan ada negara yang melaporkan kasus baru, sehingga negara yang masih berstatus nol kasus, seperti Indonesia, belum berarti bebas dari ancaman virus ini. Sebaliknya, harus makin waspada untuk mencegah masuknya penyakit ini.

Apa saja yang harus dilakukan untuk memutus rantai penularan yang disebutkan WHO? Aksi ini melibatkan peran dan konsistensi dari berbagai lembaga di pemerintah dan masyarakat, termasuk keterbukaan informasi tentang orang yang terinfeksi, atau diduga terinfeksi.

Pengelolaan informasi tentang wabah ini merupakan salah satu yang penting untuk melibatkan semua pihak terlibat dalam memutus rantai penularan. Dan kita diingatkan tentang penyebaran awal virus mematikan ini di kota Wuhan, China, yang tumbuh hingga berskala wabah, akibat informasi yang ditutup-tutupi. Para dokter yang memberi peringatan tentang virus justru diancam oleh polisi di sana.

Kemarahan rakyat meledak ketika salah satu dokter itu, Li Wenliang meninggal akibat virus itu. Di tengah usaha melawan wabah, rakyat China pun menuntut kebebasan berpendapat yang selama ini ditekan oleh Partai Komunis yang berkuasa.

Berulang di Iran?

Kerja sama pemerintah dan rakyat sangat penting untuk melawan virus yang menyusup diam-diam dan masih banyak diselimuti misteri. Dan hal ini memerlukan pengelolaan informasi secara transparan dan bertanggung jawab. Tidak ditutupi tetapi juga tidak dikotori oleh hoaks.

Kita pekan lalu juga menyaksikan bahwa hal serupa terulang kembali dengan episentrum penyebaran virus yang baru di wilayah Timur Tengah. Iran disebut-sebut sebagai salah satu asal virus yang menyebar di kawasan sekitarnya. Namun informasi tentang wabah COVID-19 di negara ini simpang siur.

Sejumlah berita menyebutkan bahwa Iran mengecilkan jumlah korban meninggal akibat virus ini. Pemerintah menyebutkan angka 34, sementara ada sumber lain menyebutkan 210. Demikian juga dengan angka kasus terinfeksi. Sebuah klinik di Iran juga dibakar massa, karena rumor dan informasi yang simpang-siur tentang pemindahan pasien virus corona yang dipindahkan ke klinik tersebut.

Sebuah lembaga riset media di Timur Tengah mengungkapkan bagaimana pemerintah Iran menyembunyikan statistik tentang wabah ini. MEMRI (Midle East Media Research Institute) menyebutkan bahwa ada banyak laporan tentang kasus virus corona di kota Qom, Iran. Sejumlah sumber yang dikutip menyebutnya dalam situasi kritis.

Laporan lembaga itu juga menyinggung tentang mengapa kota Qom menjadi pusat penyebaran virus di Iran dan negara lain. Ini terkait banyak ulama Muslim Syiah Iran yang dikirim ke China untuk belajar, dan sebaliknya ulama China yang bepergian ke Iran, khususnya di kota Qom.

Pemerintah Iran yang otoriter banyak menutupi informasi tentang hal ini, dan dikhawatirkan justru menyebabkan upaya untuk memutus rantai penularan virus menjadi sulit dan terhalang oleh berbagai kepentingan politik. Kepanikan bahkan menyebar ke sejumlah negara tetangga.

Kinerja Pemerintah

Tantang wabah COVID-19 ini, kita berharap bisa mencegahnya untuk tidak masuk ke Indonesia, meskipun dampak sosial-ekonominya secara global hampir tidak bisa dicegah, kecuali ditekan. Tapi kita juga diingatkan ketika ada kedutaan besar di Jakarta yang mengungkapkan kekhawatiran tentang kemampuan Indonesia dalam menahan virus mematikan ini.

Dalam laporan IDVI (Infectious Disease Vulnerability Index) tahun 2016, Indonesia memang dinilai masih rendah dalam kemampuan untuk mengatasi wabah menyakit menular. Skor Indonesia hanya 0,562, dan kalah dibandingkan Vietnam, Thailand, dan Singapura yang jauh lebih baik. Hal ini bisa menjadi dasar meragukan Indonesia.

Masalah wabah COVID-19 memang bukan semata masalah kesehatan dan dalam pengertian urusan kementerian kesehatan. Ketika virus itu masuk ke suatu negara, hal itu akan menjadi masalah nasional, dan kinerja pemerintahan, di pusat dan daerah, akan diuji melalui tindakan yang bebas dari kepentingan-kepentingan politik para penguasa.

Kita membutuhkan kesatuan langkah antara pemerintah dan rakyat untuk menghadapi virus mematikan yang mengguncang dunia dalam skala dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kita tidak harus mengulang apa yang terjadi di Wuhan, dan kemudian di Iran dalam mengelola Informasi tentang wabah ini.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home