Loading...
INDONESIA
Penulis: Sotyati 16:23 WIB | Sabtu, 20 Desember 2014

Menag Harap Ahmad Wahib Award Menginspirasi Toleransi

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyerahkan penghargaan kepada salah satu pemenang Wahib Award 2014 di Pusat Studi Agama dan Demokrasi, Goethe Haus Institut, Jumat (19/12). (Foto: kemenag.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pusat Studi Agama dan Demokrasi (Pusad) Paramadina menyelenggarakan Malam Anugerah Ahmad Wahib Award 2014, penghargaan Kompetisi Esai, Blog, dan Video Ahmad Wahib, Jumat (19/12), dalam rangka menumbuhkan semangat toleransi kepada generasi muda.

Menag Lukman Hakim Saifuddin yang hadir dalam acara bertema “Inspirasi untuk Toleransi” itu, berharap kegiatan penganugerahan tersebut dapat menginspirasi kaum muda untuk memperjuangkan toleransi dan pluarisme di Indonesia.

Selaku Menteri Agama, Lukman Hakim mengaku mendapat amanah untuk mengurusi kehidupan keagamaan semua warga negara Indonesia, dengan upaya  menebarkan toleransi di tengah-tengah masyarakat yang merupakan hal yang sangat penting untuk selalu dikembangkan.

“Kita perlu memiliki kesadaran tersebut dalam menjaga toleransi,” ujar Menag. Toleransi penting, bukan semata karena Indonesia bangsa plural, majemuk, beragam, dan heterogen, tapi memang perbedaan tersebut sesuatu yang given, sunatullah (pemberian) dari Tuhan, yang menghendaki kita itu berbeda-beda.

Menag berkisah mengenal  almarhum Ahmad Wahib pada sekitar  tahun 1983, sepulang  mondok di Pesantren Gontor, Jawa Timur. Menurutnya, ada buku yang menjadi perbincangan anak-anak muda ketika itu, dan selalu menjadi bahan diskusi menarik. Sejak itu Lukman Hakim muda tertarik membaca buku tentang pergolakan peradaban Islam sebagai sebuah catatan harian Ahmad Wahib.

Menag mengaku banyak hal yang sangat menarik terkait catatan harian Ahmad Wahib. Namun,  ada beberapa hal pula yang menjadi pertanyaan baginya, seperti salah satu petikan tentang “sebenarnya semua bisa bersatu”.

Toleransi dalam pandangan Menag bukan untuk menyatukan yang berbeda karena perbedaan itu niscaya.  Alquran menjelaskan, bila memang Tuhan menginginkan semua sama, sangatlah mudah. Namun,  nyatanya kita berbeda-beda dan karena perbedaan itulah kita menghadapi ujian-Nya. Dari situ, akan dilihat di antara kita mana yang paling banyak melakukan kebajikan. “Sebenarnya perbedaan itu merupakan keniscayaan, karena masing-masing kita adalah manusia yang terbatas,” ucap Menag.

Catatan Harian Ahmad Wahib

Hal lain yang digarisbawahi Menag terhadap sosok almarhum Ahmad Wahib, terkait catatan hariannya, bahwa Ahmad Wahib beragama dengan hati. Bila ia menggugat atau mempertanyakan, itu bukan karena ingin menolak, tapi justru karena ingin mencari tahu kebenaran itu sendiri.

Menag mengingat salah satu catatan hariannya yang mengatakan, “Satu-satunya hakim dalam kehidupan Islam bagi seorang Muslim adalah hati nuraninya, bukan fatwa-fatwa ulama, bukan isi buku-buku agama. Ketentuan-ketentuan dari kawan semua yang terakhir itu merupakan sekadar bahan-bahan pertimbangan yang memang harus dipertimbangkan.”

Catatan lainnya, “Islam adalah hati nurani setelah sungguh-sungguh mempertimbangkan pendapat-pendapat, kepentingan-kepentingan, cita-cita orang lain, dan kelompok sosial di sekelilingnya.” Itulah yang ingin disampaikan oleh Ahmad Wahib bahwa Islam itu merupakan hati nurani.

Menutup sambutannya, Menag mengatakan toleransi harus disekapi oleh hati nurani. Untuk itu, tidak semestinya memaksa pihak lain untuk mengerti diri kita sendiri, karena perbedaan itu sunatullah, pemberian Tuhan.

Kampanye untuk Generasi Muda

Ahmad Wahib adalah budayawan dan pemikir Islam yang lahir 9 November 1942 di Sampang, Madura. Semasa hidupnya yang singkat - ia meninggal pada 31 Maret 1973 (30 tahun) - ia membuat banyak catatan permenungan. Buku Pergolakan Pemikiran Islam adalah kumpulan dari catatannya yang terkenal.

Sebelumnya,  Ketua Panitia Siswo Mulyantono menyampaikan, kegiatan ini merupakan wadah untuk kita menuangkan ide atau gagasan tentang toleransi yang harus terus dikampanyekan kepada generasi muda. “Kenapa generasi muda, karena jumlah survei menemukan intoleransi dan radikalisme cukup tinggi di kalangan anak muda,” ucap Siswo.

Pemikiran Ahmad Wahib menjadi inspirasi kaum muda terkait pluralisme dan toleransi, sesuai dengan catatan hariannya. Karena itu, pemikiran Wahib perlu diperluas dan diperkenalkan kepada halayak umum, karena catatan hariannya bisa dibuat untuk berdiskusi dan mengajak siapa pun yang membacanya untuk berpikir merdeka dan menghormati mereka yang berbeda.

Siswo berharap sayembara itu dapat melahirkan karya-karya terbaik sebagai sumber inspirasi dan toleransi seperti Ahmad Wahib. Sayembara yang diikuti 258 peserta itu merupakan program dua tahunan yang diselenggarakan wakaf Paramadina di bawah Pusad. Tahun ini, diramaikan 166 peserta lomba esai, 82 peserta lomba blog, dan 10 peserta lomba video. 

Dari 258 peserta, 201 orang peserta berasal dari perguruan tinggi, kemudian 32 orang dari SMA dan SMK. 

Untuk kategori video, juri yang terdiri atas Ihsan Ali-Fauzi, Afra Ramadhan, Ucu Agustin, Wendi Purwanto, Zen RS, hanya mengundang 1 finalis untuk hadir di Jakarta, yakni Rifky Husain dari Ambon, dengan judul karya "Merah Saga". (kemenag.go.id/ahmadwahib.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home