Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 17:32 WIB | Selasa, 17 Desember 2013

Mengenang Nelson Mandela di Pusat Ekumenis

Seorang peserta acara - Mengenang Nelson Mandela - di Pusat Ekumenis, Jenewa, sedang menuliskan kenangannya. (Foto: oikoumene.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Duta Besar Abdul Samad Minty, perwakilan tetap dari Afrika Selatan untuk PBB dan organisasi internasional di Jenewa, Swiss, mengenang temannya dan mantan presiden, Nelson Mandela, di upacara peringatan pada tanggal 16 Desember di Pusat Ekumenis di Jenewa.

Layanan doa, renungan, dan ucap syukur bagi kehidupan Mandela disponsori oleh Dewan Gereja Dunia (WCC) dan dipimpin oleh peserta dari WCC, ACT Alliance, Konferensi Gereja-Gereja Eropa, Lutheran World Federation, World Communion of Reformed Churches, World Student Christian Federation, dan World YWCA.

Dalam sambutannya, Sekretaris Umum (Sekum) WCC, Rev Dr Olav Fykse Tveit mencatat bahwa gerakan ekumenis secara keseluruhan memberikan dukungan kepada Nelson Mandela dan gerakan antiapartheid selama beberapa dekade. Tveit dan pemimpin agama lainnya dari seluruh dunia melakukan perjalanan ke Afrika Selatan selama sepuluh hari terakhir, berdoa dengan keluarga, dan seluruh bangsa.

“Dalam cara yang luar biasa, Mandela mengumpulkan seluruh dunia untuk merayakan nilai-nilai terbaik manusia dan berbaginya, juga pada saat kematiannya. Ini adalah keajaiban dalam dirinya. Sebuah tanda baru harapan ia berikan bagi dunia,” katanya.

Tveit mengingat tantangan yang dikeluarkan oleh Uskup Agung Desmond Tutu pada pekan lalu dalam perayaan peringatan di stadion Johannesburg, “Apakah Anda berkomitmen diri dengan nilai-nilai Nelson Mandela?”

“Tak satu pun dari kita bisa menjadi seperti dia,” kata Tveit. “Namun, kita bisa mengikutinya. Kita semua bisa belajar dari dia.”

Dr Agnes Abuom dari Kenya, moderator baru terpilih Komite Sentral WCC, mengenang Mandela sebagai “model dan lambang pembebasan penuh yang kita cari.” Dia membandingkan diri Mandela dengan tokoh Yusuf dalam Kitab Kejadian. Yusuf mampu mengampuni mereka yang telah menjual dia ke perbudakan. Meskipun demikian, “mendukung nilai-nilai Nelson Mandela tidak selalu menyenangkan.”

Abuom mengatakan, “Mandela adalah hadiah dari Benua Afrika untuk seluruh dunia”. Mandela—dalam wafatnya—menarik kepala negara dan pemerintah dari lebih dari setengah negara-negara di seluruh dunia dan sekali lagi mengingatkan “kesadaran global baru”.

Duta Besar Abdul Samad Minty mengatakan kebaktian di Pusat Ekumenis, Senin 16 Desember kebetulan jatuh pada hari libur Afrika Selatan, Hari Rekonsiliasi. Tahun ini, patung Mandela sedang didirikan di Afrika Selatan.

Minty masih duduk di bangku sekolah ketika ia pertama kali bertemu Mandela pada 1950. Dia mengenang Mandela, sebagai pemimpin besar dan sebagai orang dengan perhatian yang tulus untuk semua orang yang ditemuinya.

Minty menghargai individu-individu, masyarakat, dan lembaga yang berjuang melawan apartheid selama bertahun-tahun. Sang Duta Besar juga berterima kasih terutama untuk “peran kenabian” yang dilakukan oleh WCC dan Program untuk Memerangi Rasisme (PCR). Dia memuji para pemimpin gereja, termasuk mantan Sekum WCC Philip Potter, Direktur Pertama PCR Baldwin Sjollema, serta Uskup Agung Desmond Tutu yang mengetuai Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi selama kepresidenan Mandela.

Minty juga mengenang almarhum Uskup Agung Trevor Huddleston dari Gereja Inggris, “teman seumur hidup Nelson Mandela” yang “memainkan semacam peran Gandhi” dalam gerakan antiapartheid.

Minty menyimpulkan, “Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjawab bagaimana kita bisa mengambil warisan yang Nelson Mandela tinggalkan bagi kita. Dan, bagaimana kita semua menghayati warisan besar itu dan membuat harapannya menjadi kenyataan?” (oikoumene.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home