Loading...
SAINS
Penulis: Fransisca Noni 17:43 WIB | Rabu, 22 Oktober 2014

Menjaga Alam ala Pengamat Burung

Menjaga Alam ala Pengamat Burung
Para pengamat burung (Birdwatcher) saat melakukan kegiatan pengamatan burung-burung migrasi yang datang dari Indo Cina di Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan pengamatan burung migrasi yang dilakukan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh setiap tahun oleh para pengamat burung dari berbagai organisasi maupun universitas baik di Jakarta maupun Bogor. (Foto: Duduy Yach Djamal).
Menjaga Alam ala Pengamat Burung
Salah satu jenis burung migrasi Elang Alap Cina (Accipiter soloensis) atau dalam bahasa Inggris Chines Goshawk yang melintas di Puncak, Bogor, Jawa Barat saat kegiatan pengamatan berlangsung. (Foto: Fransisca Noni).
Menjaga Alam ala Pengamat Burung
Kegiatan seminar dan sosialisasi mengenai burung Elang yang diselenggarakan dalam rangka memberikan informasi kepada para mahasiswa dan mahasiswi terkait dengan kegiatan pengamatan burung migrasi yang mulai berdatangan sejak pertengahan Oktober sampai dengan Desember ini. (Foto: Riri Emma).

BOGOR, SATUHARAPAN.COM - Hal-hal seputar alam selalu menarik untuk diperhatikan. Salah satunya kegiatan hewan saat musim dingin yang telah dimulai sekitar bulan September tahun ini, yaitu migrasi. Musim tersebut membuat beberapa hewan bergerak bersamaan melakukan perjalanan menuju lokasi yang hangat untuk mencari makanan.

Indonesia kemudian menjadi salah satu tempat tujuan sehingga masuk ke dalam East Asian Continental Flyway, yaitu jalur dari Siberia ke Indonesia melalui Thailand, Malaysia dan East Asian Oceanic Flyway, yaitu jalur dari Jepang menuju Indonesia melalui Filipina dan Sulawesi.

Salah satu hewan yang memiliki ciri khusus saat bermigrasi adalah burung pemangsa. “Ada 17 jenis burung pemangsa yang bermigrasi ke Indonesia dari  September hingga Desember. Diantaranya elang dan elang alap,” ujar Dewi Malia Prawiradilaga, Ornitolog Senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada Seminar “Save Our Eagle” di Gedung Dewi Sartika, Aula M Yusuf – Kampus A Universitas Negeri Jakarta (18/10).

Keberadaan burung pemangsa ini menjadi penting karena dapat mengendalikan populasi, seperti tikus yang kerap menganggu lahan pertanian atau perkebunan.

Karena pentingnya fungsi burung pemangsa dalam menjaga keseimbangan lingkungan, maka upaya konservasi menjadi langkah utama untuk menjaga keberadaannya.

“Harus ada kerjasama antara pemerintah dan peneliti dalam mengenalkan burung pemangsa terhadap masyarakat,” ujar Adam Supriatna, wakil Asian Raptor Research Conservation Network (ARRCN) untuk Indonesia pada seminar yang sama.

Salah satu kegiatan yang dapat mengenalkan burung pemangsa kepada masyarakat adalah pengamatan burung elang. Shinta Idrianty, salah satu peserta yang juga relawan  Komunitas Peta Hijau (Green Map) mengaku kegiatan pengamatan burung elang dapat mendukung pengumpulan data.

“Kami dapat mengetahui jumlah burung elang yang bermigrasi dan melewati Kota Jakarta,” ujarnya.

Menurutnya data tersebut penting untuk penyusunan peta hijau sehingga taman-taman kota di Jakarta dapat terus ditingkatkan jumlahnya, ini berfungsi sebagai jalur navigasi burung migrasi menuju lokasi pemberhentian selanjutnya.

Pengamatan migrasi burung elang telah dilakukan di Puncak Paralayang, Bogor sejak September 2014 dan diikuti oleh lebih dari 20 pengamat dari Jakarta, Bogor, Bandung, Bali, dan Lombok. Tidak saja pengamatan, pengenalan dan penjelasan burung burung pemangsa migrasi kepada masyarakat juga diberikan. Jumlah burung migrasi yang telah berhasil diamati sebanyak 4.300 individu dengan jenis Sikep madu asia, Elang alap cina, dan Elang alap Jepang. Kegiatan ini akan berlangsung hingga Desember 2014.

 

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home