Loading...
SAINS
Penulis: Ignatius Dwiana 09:03 WIB | Minggu, 29 Juli 2018

Namira Assagaf: Saya Belajar Banyak Toleransi di Papua

Namira Assagaf (Foto: indonesiamengajar.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Momen di Papua merupakan hal yang susah dilupakan. Banyak cerita ditorehkan ke diri Namira Assagaf.

Lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini menuturkan pengalamannya pernah tinggal di Papua,”ketika di Papua saya belajar kehidupan. Alamnya indah banget. Seumur-umur paling tidak harus sekali ke Papua. Alamnya kaya. Saya rasa orang-orang di Papua bahagia karena mereka merasa menikmati. Saya masih teringat Papua. Saya pernah tinggal di Papua satu tahun. Lebih tepatnya di Kabupaten Kepulauan Yapen. Saya kenalnya Papua waktu itu ketika jadi relawan Indonesia Mengajar.”

“Saya belajar banyak tentang toleransi di sana. Saya tinggal di sana sebagai satu-satunya Muslim. Di sana semuanya Kristen. Kalau saya ke kamar sebentar, mereka pikir saya salat. Lalu orangtua suruh anak-anaknya diam.”

Dia menyaksikan anak-anak setiap hari Minggu pagi pergi sekolah Minggu dengan bersemangat. Walau dari desa tempatnya tinggal harus mendaki gunung.

“Mereka terbuka sekali waktu saya mengatakan saya mau ikut ke gereja. Selain ke gereja saya juga ikut kegiatan masyarakat. Seperti membuat minyak kelapa, nokok sagu, diundang menginap ke desa lain. Saya merasakan tidur di atas rumah berlabuh, rumah di atas laut, belajar membuat ikan asin, makan papeda, dan sebagainya,” tutur perempuan kelahiran Bandar Lampung ini di 'Malam Cerita Noken' di Jakarta (28/8).

Namira Assagaf juga menyebutkan untuk menuju desa tempatnya mengajar dia harus menempuh kurang lebih 25 sampai 35 jam dari Jakarta.

“Rekor terlama saya ke desa itu pernah dua hari satu malam. Soalnya karena gelombang dan sebagainya. Masyarakat desa saya pernah sampai empat hari. Bahkan zaman dulu mereka dayung ke kota buat mengurus anaknya sekolah dan sebagainya.”

Dia sangat terkesan dengan anak-anak Papua. Karena mereka dinilainya punya semangat belajar yang tinggi. Papua memang memberi Namira Assagaf kisah yang sangat mendalam.

“Saya belajar dan berproses mencintai Papua itu di sana. Sejujurnya saya tidak kenal sama sekali. Ketika sampai di Papua, saya jatuh hati.”

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home