Loading...
DUNIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:09 WIB | Kamis, 04 September 2014

Obama akan “Turunkan dan Hancurkan” NIIS

Amerika Serikat berencana untuk melawan Negara Islam sampai tidak lagi menjadi kekuatan di Timur Tengah, kata Presiden AS Barack Obama. (Foto: Reuters).

TALLIN ESTONIA, SATUHARAPAN.COM – “Amerika Serikat bertekad untuk melawan Negara Islam sampai tidak lagi menjadi kekuatan di Timur Tengah, dan akan menegakkan keadilan atas pembunuhan wartawan Amerika Steven Sotloff, “ kata Presiden Barack Obama, pada hari Rabu (3/9).

Dia menambahkan bahwa menghancurkan kelompok militan akan memakan waktu, karena kekosongan kekuasaan di Suriah, hal ini dipengaruhi oleh banyaknya pejuang garis keras yang tumbuh dari al Qaeda selama perang Irak, dan kebutuhan untuk membangun koalisi, termasuk dengan masyarakat Sunni setempat.

Negara Islam merilis sebuah video pada hari Selasa (2/9), yang menunjukkan pemenggalan wartawan AS, sandera Amerika kedua yang dibunuh dalam beberapa minggu, sebagai balasan atas serangan udara AS di Irak.

"Intinya adalah ini, tujuan kami jelas untuk menurunkan dan menghancurkan (Negara Islam) sehingga tidak lagi menjadi ancaman bukan hanya  Irak, tetapi juga negara lain dan Amerika Serikat," kata Obama dalam sebuah konferensi pers.

"Apapun tujuan mereka akan tercapai dengan membunuh orang Amerika yang tidak bersalah seperti Steven, mereka telah gagal," kata Obama. "Mereka gagal karena, seperti orang-orang di seluruh dunia, orang Amerika muak oleh barbarisme mereka. Kami tidak akan terintimidasi."

Para pejabat AS dan Inggris telah meneliti video tersebut, dan melihat algojo Inggris yang beraksen sama dengan yang muncul, dalam sebuah video 19 Agustus pembunuhan wartawan AS James Foley, dan menyimpulkan itu otentik.

Amerika Serikat, kembali melakukan serangan udara kei Irak pada bulan Agustus untuk pertama kalinya, sejak penarikan pasukan AS pada tahun 2011, dan Obama mengatakan serangan sudah terbukti efektif.

"Mereka yang merugikan orang Amerika akan belajar, bahwa jangkauan kita luas dan keadilan yang akan selalu ditegakkan," kata Obama, pada sebuah konperensi pers dimana para pejabat pemerintahan Obama berkumpul, untuk membahas ancaman Negara Islam.

"Mereka harus tahu kita akan mengikuti mereka ke gerbang neraka sampai mereka dibawa ke pengadilan. Karena neraka adalah di mana mereka akan tinggal," kata Wakil Presiden Joe Biden dalam penampilannya di New Hampshire.

Di Washington, Menteri Luar Negeri John Kerry menyebut eksekusi Sotloff adalah sebuah "pukulan ke usus" dan mengatakan Amerika Serikat telah menggunakan setiap alat militer, diplomatik dan intelijen itu untuk membebaskan sandera di Suriah.

Kerry mengatakan pembunuhan terhadap Sotloff itu "brutal, dan tindakan kekejaman pada abad pertengahan yang dilakukan oleh pengecut yang bersembunyi di balik topeng."

"Kami telah melihat perjuangan semacam ini sebelumnya , dan merupakan kekejaman dan kejahatan, percayalah, kami akan melawannya," katanya. "Ketika teroris di mana saja di seluruh dunia telah membunuh warga negara kita, Amerika Serikat bertanggung jawab dan tidak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan."

Obama mengirim Kerry, Menteri Pertahanan Chuck Hagel dan penasihat kontraterorisme Lisa Monaco ke Timur Tengah, untuk bekerja dengan mitra regional membahas perlawanan terhadap Negara Islam.

"Proporsi waktu tidak akan menjadi satu minggu atau satu bulan atau enam bulan karena adanya kekosongan kekuasaan di Suriah," kata Obama. "Ini akan memakan waktu bagi kita untuk dapat menggulung mereka kembali." 

HRW: NIIS Eksekusi 500 Lebih Tentara Irak

Sementara itu, Human Rights Watch menyebut pembunuhan itu "pelanggaran mengerikan dan besar-besaran" yang tergolong kejahatan terhadap kemanusiaan.

Organisasi internasional Human Rights Watch (HRW) mengatakan, mereka memiliki bukti bahwa ekstremis Negara Islam atau NIIS telah mengeksekusi lebih dari 560 orang, dan mungkin sebanyak 770 pria Irak, yang banyak di antaranya tentara, di kota Tikrit.

Menggunakan kesaksian orang yang selamat, video, dan citra satelit, HRW mengatakan telah mengkonfirmasi keberadaan lima lokasi eksekusi massal. Kelompok ekstremis itu mengklaim telah menewaskan sebanyak 1.700 tentara Irak, setelah merebut Tikrit pada tanggal 11 Juni.

Penasihat Khusus HRW Fred Abrahams menyebut pembunuhan itu "pelanggaran mengerikan dan besar-besaran" yang tergolong kejahatan terhadap kemanusiaan.

Para militan mengunggah foto-foto eksekusi massal di media sosial, sebagai bagian kampanye teror mereka. Foto-foto itu menunjukkan pria-pria berpakaian sipil berbaring di parit dangkal dengan tangan terikat di belakang punggung, kemudian ditembak. (Rtrs/VOA Indonesia.com)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home