Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 12:01 WIB | Senin, 20 Februari 2017

Paus Panjatkan Doa bagi Korban Bom Pakistan-Irak

Ilustrasi: Paus Fransiskus saat bersama anak-anak migran di salah satu sudut di Vatikan. (Foto: catholicnewsagency.com)

VATIKAN, SATUHARAPAN.COM – Paus Fransiskus berdoa untuk semua pihak yang terkena dampak kekerasan dan perang di seluruh dunia, khususnya para korban serangan teroris baru-baru ini di Pakistan dan Irak.

Hal tersebut dia kemukakan setelah memimpin Angelus hari Minggu (19/2). Dalam kesempatan tersebut dia meminta jemaat mengheningkan cipta mengajak umat  berdoa 'Salam Maria’.

“Saya pikir, khususnya, orang-orang terkasih dari Pakistan dan Irak, saat ini dilanda aksi teroris kejam dalam beberapa hari terakhir,” kata Paus.

“Kami berdoa bagi para korban, yang terluka dan keluarga yang ditinggalkan. Mari kita berdoa dengan sungguh-sungguh bahwa setiap hati yang diliputi kebencian dapat diubah menjadi damai oleh Yesus Kristus,” kata Paus Fransiskus.

Aksi Kekerasan Pakistan dan Irak

Seorang pembom bunuh diri, dikabarkan berbagai media massa, melakukan aksi di sebuah kuil Sufi di Sehwan, Pakistan, atau yang lebih kurang berlokasi 90 mil (kira-kira 42,53 kilometer) ke arah barat laut dari Hyderabad, Pakistan pada 16 Februari 2017.

Dalam serangan tersebut tercatat 80 orang meninggal dunia, dan  sekitar 250 terluka. Pada hari yang sama, sebuah bom mobil meledak di al-Bayaa, sebuah kawasan yang terletak di sebelah barat daya Baghdad, Irak. Dalam peristiwa tersebut, menurut Kementerian Dalam Negeri Irak mengakibatkan  setidaknya 55 orang meninggal dunia dan lebih dari 60 terluka.

Paus Fransiskus juga menyoroti kekerasan yang sedang berlangsung di Kasai, Republik Demokratik Kongo. Dia  merasa sedih karena banyak yang menjadi korban, terutama anak-anak yang direkrut menjadi militer. Dia menyebut anak-anak yang menjadi militer merupakan sebuah  tragedi.

“Saya ingin memanjatkan doa saya kepada mereka semua, kepada personil keagamaan dan pekerja kemanusiaan di dua wilayah yang sulit tersebut, kami ingin  mendesak untuk memperhatikan hati nurani masing-masing dan tanggung jawab dari otoritas di tingkat nasional dan  internasional, sehingga semua orang harus mengambil keputusan dengan tepat waktu untuk membantu  orang-orang yang menjadi korban,” kata Paus Fransiskus.

Jangan Membalas Perbuatan Jahat

Paus Fransiskus dalam memimpin Misa Angelus melandasi homili dari perikop Alkitab yang di dalamnya terdapat kutipan ayat Alkitab yang di dalamnya, Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya: “Kamu telah mendengar yang difirmankan, Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (kutipan tersebut terdapat dalam Matius 5 :38-42).

Paus Fransiskus mengatakan dalam perikop tersebut menjelaskan Yesus menunjukkan jalan keadilan sejati melalui hukum kasih yang tidak menganjurkan pembalasan.

“Kutipan itu adalah bagaimana manusia harus memutus rantai kejahatan, dan benar-benar berbuat sebuah perubahan,” kata Paus Fransiskus.

“Kejahatan adalah masa kekosongan dari manusia, kejahatan hanya dapat ditutup oleh kebaikan, bukan ditutupi dengan kejahatan lainnya,” kata dia.

Paus Fransiskus mengatakan dari perikop tersebut bukan berarti umat Kristiani mengabaikan atau berprinsip hidup yang bertentangan dengan keadilan.

Paus menekankan kasih Kristiani yang dimanifestasikan  dalam belas kasihan merupakan realisasi yang lebih besar dari keadilan.

“Yesus ingin mengajar perbedaan kepada kita, antara  keadilan dan balas dendam,” kata Paus Fransiskus.

“Bedakan antara keadilan dan balas dendam. Balas dendam adalah sebuah tindakan yang tidak pernah dapat dibenarkan,” kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus mengatakan manusia dapat mencari keadilan, dan hal tersebut merupakan tugas manusia yang harus melakukannya. Tetapi mencari keadilan dengan cara pembalasan dendam yang berwujud penghasutan, kekerasan, dan kebencian merupakan tindakan yang salah.

Dia menekankan umat Kristiani untuk tetap mematuhi perintah dalam perikop yang disarikan Injil Matius tersebut, karena, dalam perikop yang sama, Yesus juga memberitahu murid-muridNya mencintai musuh dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya.

“Ini tidak berarti bahwa Yesus mengesahkan kesalahan atau kejahatan, tetapi kalimat ini harus dipahami sebagai ajakan kepada manusia untuk memahami hal yang lebih tinggi,” kata dia.

Musuh yang dihadapi manusia sesungguhnya bukan sesama atau tetangga di kanan dan kiri masing-masing, tetapi menurut Paus Fransiskus, musuh tersebut adalah  manusia sendiri.

“Setiap manusia adalah sosok yang diciptakan dengan gambaran Tuhan, meski saat ini ada manusia yang ternoda atau memiliki kesalahan,” kata dia.

 (catholicnewsagency.com)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home