Loading...
INDONESIA
Penulis: Kartika Virgianti 16:52 WIB | Kamis, 01 Agustus 2013

Pejabat Negara Ini Memilih Mundur Setelah Menerima Gratifikasi

Christian Wulff, mantan Presiden Jerman yang mengudurkan diri terkait kasus suap (foto: t-online.de)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Salah satu kebiasaan yang berlaku di masyarakat adalah pemberian tanda terima kasih atas jasa yang telah diberikan oleh petugas, baik dalam bentuk barang atau bahkan uang. Hal ini menjadi kebiasaan negatif dan dapat mengarah ke perbuatan korupsi di kemudian hari. Gratifikasi atau pemberian hadiah bisa berubah menjadi tindak pidana suap khususnya pada seorang penyelenggara negara atau pegawai negeri. Berbeda halnya dengan di Indonesia, pada beberapa negara, seperti dilansir dari kpk.go.id, pemimpin yang didakwa terkait kasus gratifikasi dan suap lebih memilih mengundurkan diri.

Gratifikasi merupakan pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Jaksa Agung Korea Selatan, Han Sang Dae

Jaksa Agung Korsel, Han Sang Dae, pada Jumat (30/11/2012) memutuskan mundur dari jabatannya terkait skandal memalukan yang melibatkan bawahannya. Sejumlah jaksa senior di Korsel terlibat skandal penyuapan dan gratifikasi seks.

Di hadapan media setempat, Han membungkukkan badannya dan menyampaikan penyesalannya atas skandal yang dilakukan bawahannya. “Saya dengan tulus memohon maaf kepada publik karena telah membuat masalah dan mengecewakan masyarakat dengan insiden memalikan seperti ini.” Ungkap Han seperti dilansir dari Channel News Asia (30/11/2012).

Menteri Pertahanan Australia, Joel Fitzgibbon

Menteri Pertahanan Australia Joel Fitzgibbon kembali dihantam badai politik yang memaksanya mundur dari jabatannya di kabinet, Kamis (4/6/2009). Sebelumnya, Fitzgibbon sempat selamat dari skandal perjalanan luar negeri gratis ke Beijing dan Shanghai, China, 27 Maret 2009.

Laporan media Australia menyebutkan, pengunduran Fitzgibbon dipicu oleh terbongkarnya hadiah berupa fasilitas menginap gratis semalam dari perusahaan pendanaan asuransi kesehatan yang dipimpin saudaranya, Mark, berkaitan dengan upaya lobi perusahaan itu untuk mendapatkan kontrak asuransi di Dephan. 

Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd telah menerima pengunduran diri Fitzgibbon. "Menteri (Joel Fitzgibbon) sudah menerima tanggung jawab atas kesalahan-kesalahan ini. Semua itu kesalahan yang terkait dengan masalah akuntabilitas," kata PM Rudd seperti dikutip AAP , dilansir dari Antara.

Bagi Fitzgibbon, pengunduran dirinya merupakan pilihan terbaik bagi kepentingan pemerintah, tetapi ia merasa sebagai korban dari pengkhianatan dua atau tiga orang dekatnya di Dephan.

Presiden Jerman, Christian Wulff

Presiden Jerman Christian Wulff mengundurkan diri setelah pengadilan berupaya mencabut kekebalan hukumnya di parlemen. Wulff mengundurkan diri pada Jumat 17 Februari 2012, karena melihat tidak ada lagi kepercayaan rakyat Jerman kepadanya, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Selama beberapa bulan terakhir sebelumnya, Wulff sering mendapat tekanan dari media dan peyelidik terkait dugaan gratifikasi dirinya saat menjabat sebagai gubernur Lower Saxony.

Wulff diketahui menerima pinjaman kredit perumahan sebesar 500.000 euro dari pebisnis kawannya. Selain itu Wulff juga mengirimkan pesan ancaman kepada Bild agar tidak menuliskan soal transaksi keuangannya.

Desakan untuk mundur berdatangan dari partai koalisi pendukunya maupun partai oposisi. “Dengan Alasan ini tidak mungkin bagi saya untuk melanjutkan tugas di dalam dan luar negeri sebagai presiden.“ kata Wulff.

Parlemen rencananya akan membicarakan masalah pencabutan imunitas tersebut pada 27 Februari 2012. Namun Wulff tidak menunggu dan memilih mengundurkan diri.

Menteri Pertahanan Singapura, Peter Lim

Menteri Pertahanan Singapura, Peter Lim, 51, terjerat skandal korupsi dan menerima gratifikasi berupa jasa seks dari tiga wanita yang menjadi rekannya, sebagai imbalan atas kontrak proyek teknologi informasi yang didapatkan oleh perusahaan wanita-wanita tersebut.

“Lim didakwa melakukan korupsi dengan menerima gratifikasi seks dari para wanita tersebut dalam rentang waktu antara Mei 2010 sampai November 2011,” kata juru bicara Lembaga Antikorupsi Singapura, yang dilansir dari Reuters, Rabu (6/6/2012).

Pemerintah Singapura telah berhasil mengungkap ketiga wanita yang terlibat kasus ini. Ketiganya diketahui memegang posisi penting di perusahaan masing-masing. Mereka adalah Pang Chor Mui selaku General Manager Nimrod Engineering, Lee Wei Hoon selaku Direktur Singapore Radiation Centre, dan Esther Goh selaku Direktur Pengembangan Bisnis NCS Private Limited.

Lim ditangkap oleh Biro Investigasi Korupsi Singapura pada Januari 2012. Kemudian pada bulan Februari 2012, Lim diberhentikan dari jabatannya. 

Sidang pembacaaan dakwaan terhadap Lim dilaksanakan pada 6 Juni 2012 di Singapura. Lim yang telah mengabdi di pemerintahan selama 40 tahun ini, tampak hadir mengenakan kemeja lengan panjang warna biru. Sepanjang pembacaan dakwaan, wajah Lim terlihat cemas. Persidangan selanjutnya dilaksanakan pada 5 Juli 2012.

Selama ini, Singapura selalu membanggakan kinerja pemerintahannya yang transparan dan profesional.

Editor : Yan Chrisna


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home