Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Tunggul Tauladan 20:12 WIB | Jumat, 19 Desember 2014

Revitalisasi Pasar Telo Urai Kemacetan di Yogyakarta

Pekerja sedang menyelesaikan pembuatan patung telo (singkong) di depan Pasar Telo, Karangkajen. (Foto: Tunggul Tauladan)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Pasar Karangkajen atau lebih dikenal oleh masyarakat Yogyakarta dengan nama Pasar Telo (singkong), kini tengah direvitalisasi. Revitalisasi tersebut membuat tampilan Pasar Telo terlihat lebih rapi. Selain itu, aktivitas bongkar muat barang, terutama umbi-umbian, juga tidak lagi di tepi Jalan Imogiri Barat (jalan di depan Pasar Telo). Alhasil, revitalisasi ini mampu mengurai kemacetan yang sering terjadi di Jalan Imogiri Barat, Yogyakarta.

Kepala Dinas Gedung dan Aset Daerah, Hari Setya Wacana menjelaskan, bahwa revitalisasi Pasar Telo pada dasarnya bertujuan untuk mempercantik tampilan pasar ini. Namun, selain itu, revitalisasi ini juga merupakan solusi untuk mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di Jalan Imogiri Barat akibat aktivitas bongkar muat barang yang dilakukan di tepi jalan.

“Di Pasar Telo, selain memperbaiki kondisi fisik bangunan, revitalisasi juga menata bangunan sehingga tata letaknya berbentuk U. Dengan lay out ini memungkinkan aktivitas bongkar muat barang yang selama ini dilakukan di tepi jalan, bisa dilakukan di dalam persil pasar. Hal ini agar tidak menganggu arus lalu lintas yang sering macet akibat aktivitas bongkar muat barang di tepi jalan,” jelas Hari Setya Wacana pada Jum’at (19/12).

Hari juga menyebutkan, bahwa revitalisasi Pasar Telo menelan anggaran senilai Rp. 2,34 miliar. Anggaran tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Yogyakarta (APBD Kota Yogyakarta).

“Anggaran yang dikucurkan untuk revitalisasi Pasar Telo senilai sekitar Rp. 2,34 milyar. Anggaran sebesar itu dikucurkan dari APBD Kota Yogyakarta dengan tujuan untuk mewujudkan kenyamanan bagi para pedagang dan pengunjung pasar sehingga diharapkan akan muncul minat yang besar untuk berkunjung dan berbelanja di pasar tradisional,” tambah Hari.

Sebelum direvitalisasi, Pasar Telo hanya memiliki satu lantai. Kios-kios para pedagang yang rata-rata berukuran 3 x 5 meter juga hanya disekat seadanya oleh para pedagang secara swadaya. Namun kini setelah direvitalisasi, bangunan Pasar Telo dibuat 2 lantai sehingga mampu menampung 39 kios pedagang. Setiap kios rata-rata memiliki ukuran 2,75 x 4 meter.

Pasar Telo dikenal sebagai salah satu pasar tradisional yang unik. Di sini kita dapat menemukan beragam jenis umbi-umbian, seperti telo (singkong) dan beragam jenis ubi,seperti ubi remis, prol, madu, jegros, ungu, kimpul, hingga ubi tempel. Komoditi singkong dan ubi tersebut tak hanya berasal dari wilayah Yogyakarta semata, namun para pedagang di Jawa Tengah, seperti dari Magelang, Temanggung, Wonosobo, Tawangmangu, hingga Bandungan, juga menjadi pemasok di pasar ini. Pasar yang berdiri pada 1957 ini merupakan hasil pengembangan dari UPT Pasar Ngasem. Pedagang di Pasar Telo melayani para pembeli secara nonstop selama 1 x 24 jam. 

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home