Loading...
DUNIA
Penulis: Bayu Probo 07:53 WIB | Sabtu, 24 Mei 2014

Ribuan Warga Brasil Protes Besarnya Biaya Piala Dunia

Resende, Rio de Janeiro, Brazil - Seorang anak laki-laki bersandar di dinding mural dengan potret pemain sepak bola terkenal di Tavares Bastos, Rio de Janeiro, Brazil, pada 21 Mei 2014. Penyelenggaraan Piala Dunia ini mendapat protes keras. (Foto: AFP)

SAO PAULO, SATUHARAPAN.COM – Ribuan warga Brasil pendukung gerakan membantu pekerja tuna wisma berdemonstrasi di Sao Paulo, Kamis (22/5), memprotes kurang tersedianya rumah tinggal dan pelayanan publik yang buruk akibat besarnya pengeluaran demi menyelenggarakan Piala Dunia.

Polisi menyebutkan bahwa jumlah pengunjuk rasa sebanyak 15.000 orang, sementara koordinator aksi mengatakan bahwa jumlahnya lebih dari dua kali lipat dari angka tersebut.

Walaupun diterpa hujan, Gerakan Pekerja Tuna Wisma mengatakan demonstrasi tersebut adalah terbesar dalam minggu-minggu terakhir untuk memprotes Pemerintah Brasil yang sedang mempersiapkan diri menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia yang akan berlangsung tiga minggu lagi dan Olimpiade Musim Panas pada 2016.

“Kami di sini untuk memprotes penyelenggaraan Piala Dunia, juga besarnya uang yang dihabiskan pemerintah, sementara kami tidak mendapat fasilitas rumah, pelayanan kesehatan atau yang lain,” kata anggota gerakan, Luiz Giovani.

Aksi ini berlangsung damai ketika massa melewati distrik komersial utama di kota terbesar di Brasil tersebut.

Di antara spanduk-spanduk yang dibawa para pendemo, terdapat beberapa tulisan “FIFA pulanglah” yang merujuk pada badan sepak bola dunia.

Penyelenggaraan Piala Dunia akan menghabiskan pajak yang sudah dibayarkan oleh warga Brasil sebesar 11 miliar dolar AS (Rp 125 triliun).

Sebelumnya, pada Kamis, para penumpang komuter di Sao Paulo harus menghadapi kemacetan parah yang disebabkan demonstrasi yang dilakukan sopir bus sehingga menyebabkan lalu lintas lumpuh.

Protes selama dua hari tersebut telah menyebabkan lebih dari sejuta penumpang telantar dan mengacaukan lalu lintas di pusat ekonomi Brasil.

Bus-bus akhirnya beroperasi kembali setelah pejabat kota dan serikat transportasi mencapai kesepakatan dengan para sopir untuk mengakhiri demonstrasi pada tengah malam.

Tetapi para komuter masih harus menghadapi lalu lintas yang macet sepanjang 170 kilometer yang merupakan rekor kemacetan terpanjang pada pagi hari yang sibuk di kota yang berpenduduk 20 juta jiwa ini.

Para sopir sepakat melawan serikat pekerjanya sendiri yang sebelumnya telah menyetujui kenaikan gaji sebesar 10 persen setelah berunding dengan manajemen. Namun para sopir menginginkan kenaikan gaji yang lebih tinggi.

Brasil menghadapi gelombang protes menjelang Piala Dunia dan pemilihan umum pada Oktober. Polisi, guru dan satwa bank turut serta dalam berbagai aksi massa pada minggu-minggu terakhir.

Minggu lalu, lima ribu orang anggota gerakan tuna wisma membakar ban dan melakukan long march ke Corinthians Arena, stadion Piala Dunia di kota tersebut, untuk memprotes besarnya biaya untuk menyelenggarakan ajang itu.

Protes yang sama terjadi pada tahun lalu selama penyelenggaraan Piala Confederacy yang merupakan pemanasan sebelum Piala Dunia, yang membuat satu juta orang turun ke jalan dan berujung pada kekerasan.

Dua per tiga warga Sao Paulo meyakini penyelenggaraan Piala Dunia lebih banyak memberikan keburukan daripada kebaikan bagi warga Brasil, berdasarkan survei yang dipublikasikan oleh perusahaan survei publik Datafolha. 90 persen masyarakat menyatakan bahwa penyelenggaraan Piala Dunia penuh dengan unsur korupsi. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home