Loading...
BUDAYA
Penulis: Prasasta Widiadi 18:45 WIB | Sabtu, 23 Agustus 2014

Seniman Kristiani Jangan Malu Mengangkat Tema Rohani

Seniman Kristiani Jangan Malu Mengangkat Tema Rohani
Setiyoko Hadi, duduk sembari berbincang dengan pelukis lainnya, Wisnu Sasongko (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Seniman Kristiani Jangan Malu Mengangkat Tema Rohani
Seseorang berjalan menuju pintu keluar ruangan pameran, sementara di sebelah kirnya terdapat lukisan dalam pameran Lukisan Kristiani.
Seniman Kristiani Jangan Malu Mengangkat Tema Rohani
Salah satu lukisan yang dipamerkan pada pameran.
Seniman Kristiani Jangan Malu Mengangkat Tema Rohani
Salah satu lukisan yang dipamerkan pada pameran.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Setiyoko Hadi, salah seorang perupa yang berpartisipasi pada Pameran Seni Rupa Kristiani mengemukakan bahwa para seniman Kristiani jangan ragu-ragu untuk mengangkat tema rohani dalam berkarya. Setiyoko Hadi mengatakan hal ini kepada satuharapan.com pada Sabtu (23/8) di Ruang Pameran Sekolah Tinggi Teologia (STT), Jakarta sehubungan dengan dimulainya Pameran Lukisan Kristiani yang digelar di Ruang Pameran STT Jakarta mulai dari Sabtu (23/8) hingga Sabtu (30/8) mendatang.

“Tema-tema kristiani sesungguhnya menarik untuk diangkat sebagai tema pop dalam berkesenian,” kata Setiyoko.

“Karena kalau mau kita jualan, kita jangan malu malu untuk mengangkat tema rohani dalam karya dan berkesenian kita,” lanjut Setiyoko.

Setiyoko mengatakan bahwa tema-tema rohani penting untuk mendapat tempat tersendiri karena setiap perupa atau pelukis diharapkan dapat menggambarkan sesuatu peristiwa, dalam konteks ini adalah dalam bingkai Kekristenan tetapi dengan gambaran terkini.

Setiyoko menganalogikan apabila seorang guru di sekolah dasar hendak menguraikan tentang tentang perjuangan para pahlawan bangsa yang berjuang menggapai kemerdekaan Indonesia tidak lagi hanya dapat digambarkan dengan para pahlawan mengangkat bambu runcing seperti yang terjadi puluhan tahun lalu. Kini para pahlawan yang ada pada era modern adalah mereka yang mampu terampil mengendalikan teknologi agar menjadi pahlawan bagi bangsanya.  

Sama halnya dengan pameran seni lukis yang dikerjakan para perupa dari Seruni yang dituntut memiliki tanggung jawab untuk memudahkan orang-orang awam memahami tentang Kristiani tidak dengan konteks pada masa lalu, seperti penyaliban harus dengan berdarah, akan tetapi bisa saja digambarkan dengan lebih modern.

“Bukan kita mau samarkan, tetapi orang-orang harus tahu bahwa ada sisi humanisme dari setiap karya itu, bahwa kalau orang-orang melihat pameran lukisan Kristiani kita tidak berbicara tentang salib dan penginjilan sehingga orang harus masuk kristen, tetapi dari aspek humanisme kan bisa dicirikan seperti itu.

Kan masih ada tema-tema seperti mengasihi sesama, atau yang lebih universal lagi yang dapat ditampilkan,” lanjut Setiyoko.

Seniman Kristiani memilki tanggung jawab untuk  menggemakan kesegaran, keindahan, keberanian, kebenaran, menyatakan kesatuan Tubuh Kristus serta aktif membangun seni kristiani sebagai misi rohani dan budaya.

Lembaga gereja dan institusi teologi mulai mengubah misi-pendekatan rohaniah kebenaran yang bersifat frontal terhadap kebudayaan dengan pendekatan keindahan dan seni.

“Mari kita sama-sama kembangkan ke seluruh seniman di Inodnesia pada umumnya kita mengangkat tema-tema rohani, sementara khusus untuk Seruni maka kita mengangkat tema-tema Kristiani. Kita tidak mau campur tangan untuk teknik dari masing-masing pelukis,” tutup Setiyoko.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home