Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 16:09 WIB | Kamis, 19 November 2015

Survei: Teror di Paris Miliki Dampak Psikologis di Indonesia

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Fitri Hari (kanan) di Kantor LSI Jalan Pemuda No 70 Rawamangun, Jakarta Timur, hari Kamis (19/11). (Foto: Endang Saputra)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Fitri Hari mengatakan aksi terorisme yang terjadi di Paris, Prancis pada hari Jumat (3/11) lalu ternyata memiliki dampak psikologis terhadap masyarakat Indonesia.

"Mayoritas publik yaitu sebesar 84.62 persen menyatakan khawatir aksi terorisme yang terjadi di Prancis bisa merembet ke Indonesia, hanya sebesar 13.19 persen yang menyatakan tak khawatir bahwa aksi terorisme ini akan merembet ke Indonesia," kata Fitri Hari, di Kantor LSI Jalan Pemuda no 70 Rawamangun, Jakarta Timur, hari Kamis (19/11).

Menurut Fitri survei LSI ini khusus merespons aksi terorisme yang terjadi di Paris, Prancis dilakukan melalui quick poll pada tanggal 15-17 November 2015.

"Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 600 responden dan margin of error sebesar +/- 4.0 persen, dan survei dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia, dilengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD dan in depth interview," kata dia.

Oleh karena itu, kata Fitri dalam survei LSI bahwa mereka khawatir aksi terorisme akan merembet ke Indonesia merata di semua segmen masyarakat baik yang laki-laki maupun perempuan, yang tinggal di pedesaan maupun diperkotaan, yang berpendidikan tinggi mau rendah "Wong Cilik".

"Kelas ekonomi menengah atas, mayoritas menyatakan khawatir aksi tetorisme seperti yang terjadi di Paris bisa merembet ke Indonesia," kata dia.

Namun, kata Fitri prosentase kekhawatirannya lebih besar di kalangan yang tinggal di perkotaan, lelaki berpendidikan tinggi dan ekonomi menengah atas.

"Hal ini dapat di maklumi karena segmen ini biasanya lebih aktif dan punya akses ke informasi global," katanya.

Selain itu, kata Fitri ada empat alasan yang membuat publik khawatir terhadap aksi terorisme di Paris.

Pertama, kata Fitri aneka berita mengenai jaringan ISIS yang sudah hadir di Indonesia dan Asia Tenggara. Berita penangkapan beberapa orang yang diduga terlibat jaringan ISIS oleh Densus 88 Mabes Polri di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi disertai bukti-buktinya misalnya baju tentara ISIS, buku Jihad, dan lainnya beberapa waktu lalu menunjukan  adanya dugaan keberadaan ISIS di Indonesia.

"Publik khawatir Indonesia dijadikan target ISIS," kata dia.

Kedua, lanjut Fitri publik khawatir benis terorisme di Indonesia disemai kembali dengan kasus terorisme di Paris. Di Indonesia sendiri sudah beberapa kali terjadi aksi tororisme yang menghebohkan.

"Bom Bali I tahun 2002, Bom JW Marriot tahun 2003 dan Bom Kedubes Australia tahun 2004, aksi tororisme di Paris mengembalikan memori publik Indonesia pada kasus terorisme yang pernah terjadi di tanah air," kata dia.

Ketiga, kata Fitri Kondisi ekonomi yang semakin sulit di level grass root (kalangan masyarakat bawah) dikhawatirkan meningkatkan potensi terorisme. Kasus terorisme yang terjadi sebelumnya di Indonesia menunjukan bahwa latar belakang ekonomi pelaku terorisme adalah mereka yang sulit kehidupan ekonominya.

"Survei LSI in menujukan bahwa publik menyetujui bahwa kondisi ekonomi yang memburuk aka meningkatkan potensi terorisme di Indonesia," kata dia.

Keempat, lanjut Fitri radikalisme dan sektarianisme dirasakan semakin meluas dengan munculnya Peraturan Daerah (Perda) dan aturan pemerintah daerah yang diskriminatif.

Komnas Perempuan mencatat di tahun 2015, tak kurang dari 300 Perda di seluruh Indonesia yang mengandung unsur diskriminatif, seperti kasus Tolikara adalah kasus terkini aturan pemerintah daerah yang diskriminatif yang akhirnya memunculkan kekerasn, atau misalnya kasus pelarangan perayaan ritual hari Asyura di Kota Bogor oleh pemerintah daerah.

"Publik mengkhawatirkan kebijakan diskriminatif ini akan memunculka potensi kekerasan yang lebih besar," kata dia.

"Survei LSI menunjukan publik percaya Perda diskriminatif akan membuka kesempatan tindakan kekerasan yang lebih besar seperti terorisme," dia menambahkan.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home