Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sabar Subekti 07:04 WIB | Senin, 06 Mei 2024

Peneliti: Orangutan Liar Gunakan Tanaman Obat untuk Mengobati Lukanya

Kombinasi foto yang disediakan oleh Yayasan Suaq ini menunjukkan luka di wajah Rakus, orangutan sumatera jantan liar di Taman Nasional Gunung Leuser, Indonesia, pada 23 Juni 2022, dua hari sebelum ia mengoleskan daun tanaman obat yang sudah dikunyah, kiri, dan pada 25 Agustus 2022, setelah luka di wajahnya hampir tidak terlihat. (Foto: Armas Safruddin/Yayasan Suaq via AP)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Seekor orangutan tampaknya mengobati lukanya dengan obat dari tanaman tropis— contoh terbaru tentang bagaimana beberapa hewan berupaya menyembuhkan penyakit mereka sendiri dengan obat yang ditemukan di alam liar, para ilmuwan melaporkan pada Kamis (2/5).

Para ilmuwan mengamati Rakus memetik dan mengunyah daun tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat di seluruh Asia Tenggara untuk mengobati nyeri dan peradangan. Orangutan jantan dewasa itu kemudian menggunakan jari-jarinya untuk mengoleskan sari tanaman tersebut pada luka di pipi kanan. Setelah itu, dia menekan tanaman yang sudah dikunyah itu untuk menutupi luka terbuka seperti perban darurat, menurut sebuah studi baru di Scientific Reports.

Penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan beberapa spesies kera besar yang mencari obat-obatan di hutan untuk menyembuhkan diri mereka sendiri, namun para ilmuwan belum pernah melihat seekor hewan memperlakukan dirinya sendiri dengan cara seperti itu.

“Ini adalah pertama kalinya kami mengamati hewan liar mengoleskan tanaman obat yang cukup ampuh langsung ke lukanya,” kata rekan penulis Isabelle Laumer, ahli biologi di Max Planck Institute of Animal Behavior di Konstanz, Jerman.

Perilaku menarik orangutan ini tercatat pada tahun 2022 oleh Ulil Azhari, rekan penulis dan peneliti lapangan di Proyek Suaq di Medan, Indonesia. Foto-foto menunjukkan luka hewan itu tertutup dalam waktu satu bulan tanpa masalah.

Para ilmuwan telah mengamati orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser di Indonesia sejak tahun 1994, namun mereka belum pernah melihat perilaku ini sebelumnya.

“Ini adalah observasi tunggal,” kata ahli biologi Universitas Emory, Jacobus de Roode, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. “Namun seringkali kita belajar tentang perilaku baru dengan memulai dari satu observasi.”

“Kemungkinan besar ini adalah pengobatan sendiri,” kata de Roode seraya menambahkan bahwa orangutan hanya mengoleskan tanaman tersebut pada lukanya dan tidak pada bagian tubuh lainnya.

Ada kemungkinan Rakus mempelajari teknik ini dari orangutan lain yang tinggal di luar taman nasional dan jauh dari pengawasan sehari-hari para ilmuwan, kata rekan penulis Caroline Schuppli di Max Planck.

Rakus lahir dan hidup sebagai remaja di luar wilayah penelitian. Para peneliti yakin orangutan tersebut terluka saat berkelahi dengan hewan lain. Tidak diketahui apakah Rakus sebelumnya pernah mengobati luka lainnya.

Para ilmuwan sebelumnya telah mencatat primata lain menggunakan tanaman untuk mengobati diri mereka sendiri.

Orangutan Kalimantan menggosok tubuhnya dengan sari tanaman obat, kemungkinan untuk mengurangi nyeri tubuh atau mengusir parasit.

Simpanse di berbagai lokasi terlihat mengunyah pucuk tanaman yang rasanya pahit untuk menenangkan perut mereka. Gorila, simpanse, dan bonobo menelan daun kasar tertentu secara utuh untuk menghilangkan parasit perut.

“Jika perilaku ini terjadi pada beberapa kerabat terdekat kita yang masih hidup, apa yang dapat kita ketahui tentang bagaimana pengobatan pertama kali berevolusi?” kata Tara Stoinski, presiden dan kepala staf ilmiah dari lembaga nirlaba Dian Fossey Gorilla Fund, yang tidak berperan dalam penelitian ini. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home