Loading...
OPINI
Penulis: Junifrius Gultom 00:00 WIB | Senin, 28 April 2014

TUHAN Mengangkat Kita dari Samudera Raya: Menyambut Sidang Raya XVI PGI

SATUHARAPAN.COM - PGI telah menetapkan tema di atas sebagai tema Sidang Raya PGI yang ke-XVI yang akan datang.Telah banyak dikemukakan bahwa tema tersebut sebagai suatu bahan refleksi bersama gereja-gereja yang menggambarkan dua kepentingan. Pertama, sebagai suatu pengakuan akan kasih ALLAH yang telah mengangkat Nias (sebagai tuan rumah) dari keterpurukan akibat bencana yang lalu, dan sekaligus menjadi prophetic affirmation akan keyakinan gereja-gereja terhadap kasih ALLAH yang mau mengangkat keterpurukan bangsa kita dalam segala bidang.

Momen Sidang Raya kali ini diselenggarakan setelah terpilihnya kepemimpinan nasional (Presiden dan Wakil Presiden dan para anggota legislatif baru hasil Pemilu 2014). Sementara menuju “ke sana” kita saat ini berharap bahwa TUHAN atas sejarah turut bekerja di dalam proses pematangan kehidupan demokrasi yang berkeadaban.

Mengapa harapan ini penting? Karena dalam kurun waktu 10 tahun ini, di bawah kepemimpinan Presiden SBY kita tak melihat hasil signifikan dari pembangunan nasional kita. Klaim pertumbuhan ekonomi secara makro tampaknya tak menjadi penampakan realitas di tingkat akar rumput.

Mari kita melihat Indonesia dari desa, jangan dari Jakarta. Maka, ini akan memberikan kepada kita informasi tentang keadaan yang sesungguhnya. Belum lama, saya berkesempatan di dalam kurun waktu 3-4 bulan terakhir ini, telah berkeliling ke lebih dari 12 daerah di seluruh Indonesia. Betapa terlihat, lambannya kemakmuran yang dirasakan desa. Akses jalanan yang rusak parah, petani yang terus di dalam kemiskinan, sekolah-sekolah yang tak bermutu dan rusak gampang kita temukan di desa-desa. Daya beli masyarakat desa sangat rendah. Dan mereka tidak mampu untuk berkompetisi untuk dapat meraih kehidupan yang lebih makmur. Betapa jauhnya gap antara pembangunan di kota-kota dengan di desa.

Kita juga tak melihat adanya political will yang kuat dari pemerintah untuk melakukan terobosan dalam bidang politik ekonomi yang pro kerakyatan. Uang negara terkuras untuk belanja birokrasi yang bengkak dan pembangunan yang dicanangkan untuk rakyat terganjal oleh birokrat korup dan tak efektif. Kita mengetahui persis bahwa banyak anggaran tak terserap karena para pemangku kepentingan rakyat itu tak mempunyai kapabilitas untuk mempergunakannya di dalam strategic plan pada pengembangan manusia Indonesia. Sekadar pendekatan proyek.

Kita juga dapat menambahkan daftar dari “tsunami-tsunami” berupa skandal-skandal korupsi yang terjadi hampir di semua lapisan: yudikatif, legislatif, eksekutif, dan bahkan partai politik. Dari komentar-komentar masyarakat di media sosial, betapa rakyat apatis dan marah serta tak mempunyai kepercayaan pada pemerintahan dan aparat hukum sekarang.

Terakhir yang tidak kalah pentingnya disoroti adalah masih tingginya angka kasus-kasus intoransi, yang menurut SETARA Institute tahun lalu lebih dari 400 kasus. Hal ini diperparah oleh absennya negara di dalam kekerasan-kekerasan bermotif agama tersebut.

Maka, saran saya, dengan tema ini PGI akan membahas langkah-langkah ke depan bagaimana gereja-gereja di bawah PGI bersama-sama memainkan peran profetik Kristen di dalam masyarakat. Misalnya, ketika pimpinan PGI bersama-sama pimpinan lembaga-lembaga keagamaan lainnya, merilis pernyataan akan kebohongan-kebohongan pemerintahan SBY. PGI harus terus menunjukkan kewibawaan Kristen di masyarakat lewat kritik-kritik sosialnya, sambil memikirkan program-program nyata untuk pengentasan kemiskinan dan kampanye partisipasi Kristen yang nyata untuk masyarakat yang bebas korupsi.

Kedua, PGI hendaknya memikirkan gagasan-gagasan yang out of the box bahkan jump from the box baik untuk hal-hal yang terkait dengan tugas-tugas gereja di masyarakat maupun dalam relasi kepada pemerintah. Kita belakangan dikejutkan oleh pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakan Paus Fransiskus untuk banyak isu-isu. Sesuatu yang belum pernah terpiikirkan oleh Roma Katolik. Ini menurut saya sudah gagasan dan tindakan yang out of the box.

Maka, jika PGI, sebagai wadah dari kesatuan gereja-gereja di Indonesia, berani mengangkat tema di atas, hendaklah dibarengi oleh kemauan dan tindakan nyata untuk melakukan terobosan di dalam partisipasinya memajukan Indonesia yang lebih berkeadaban.

 

Penulis adalah pengajar di STT Bethel Indonesia


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home