Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Reporter Satuharapan 15:32 WIB | Rabu, 08 Maret 2017

Ulin, Simbol Persahabatan Indonesia-Arab Saudi

Ulin (Eusideroxylon zwageri). (Foto: mongabay.com)

SATUHARAPAN.COM – Ulin menjadi pohon yang dipilih Presiden Joko Widodo untuk ditanam tamu negara Raja Salman dari Arab Saudi di belakang Istana Merdeka pada 2 Maret 2017.

Penanaman pohon ulin, seperti dikutip dari nasional.kompas.com, menjadi simbol persahabatan yang terjalin antara kedua negara. Pohon ulin kayu dipilih sebagai simbol persahabatan kedua negara.

Ulin, disebut juga dengan bulian atau kayu besi, mengutip dari Wikipedia, adalah pohon berkayu yang kayunya terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti konstruksi rumah (tiang, papan lantai, kosen), jembatan, tiang listrik, bantalan kereta api, sirap (atap kayu), dan perkapalan.

Martawijaya dan kawan-kawan (1989) dalam studinya menyatakan bahwa kayu ulin sangat kuat dan awet, dengan kelas kuat I dan kelas awet I, berat jenis 1,04. Kayu ulin tahan akan serangan rayap dan serangga penggerek batang, tahan akan perubahan kelembaban dan suhu serta tahan pula terhadap air laut. Karena ketahanannya tersebut wajar jika dikatakan kayu ulin, kayu sepanjang masa dan kayu primadona. Kayu ini sangat sukar dipaku dan digergaji tetapi mudah dibelah.

Departemen Kehutanan (sekarang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Red) pada  1992 menyatakan bahwa kayu ulin ini merupakan salah satu jenis kayu mewah/indah yang masuk dalam daftar jenis pohon untuk ditanam untuk berbagai tujuan.

Lepas dari nilai ekonomis utamanya, tumbuhan ini, mengutip dari berbagai referensi pohon kehutanan,  berkhasiat untuk mengatasi beberapa penyakit dan gangguan kesehatan. Terkait dengan pemanfaatannya sebagai bahan obat, daun ulin mengandung beberapa senyawa fitokimia seperti flavonoid, saponin, tanin dan sterol – terpenoid serta banyak mengandung tanin.

Selain pemanfaatan daun dan batangnya, biji ulin yang dihaluskan dimanfaatkan untuk obat bengkak, menghitamkan rambut atau semir rambut. Buah ulin yang akan digunakan, dikeringkan, dicampur dengan minyak kelapa. Di pasar-pasar tradisional di Kalimantan, kadang dijual produk minyak ulin yang berkhasiat untuk menghitamkan rambut dan mencegah tumbuhnya uban. Adanya khasiat obat pada biji ulin ini mungkin ada hubungannya dengan kandungan racun yang ada di dalamnya.

Dalam hubungannya dengan manfaat ekologi, mengutip dari referensi di Kementerian Kehutanan, pohon ulin merupakan tempat favorit untuk membuat sarang bagi orangutan. Orangutan juga memakan daun-daun ulin yang masih muda. Pohon ulin memiliki peranan ekologi yang penting, di antaranya menghasilkan oksigen yang menyerap karbondioksida melalui proses fotosintesis, mempertahankan air tanah, menahan air dan tanah serta mempengaruhi iklim mikro dan lain sebagainya.

Pemerian Botani, Khasiat, dan Mitos

Ulin, yang memiliki nama ilmiah Eusideroxylon zwageri, merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan. Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin, dan telian.

Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm.

Pohon ini, mengutip dari Wikipedia, tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 400 meter di atas permukaan air laut, dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa.

Kayu ulin juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut sehingga sifat kayunya sangat berat dan keras.

Banyak warga Dayak meyakini kayu ulin adalah jimat pelindung untuk menghindari serangan harimau dan gajah. Warga Dayak percaya penggunaan jimat ulin dan deretan pohon ulin itu dan merupakan satu-satunya penyebab kurangnya gajah sumatera atau harimau sumatera di Kalimantan dan Sarawak. Keampuhan sebagai “penolak” gajah dan harimau  diduga karena getah pohonnya yang memiliki bau seperti lemon yang menyengat kuat.

Berdasarkan daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature), kayu ulin termasuk ke dalam kategori rentan (vulnerable). Dimasukkan Kategori Rentan karena kayu ulin sudah jarang dijumpai akibat eksploitasi besar-besaran melalui aktivitas pembalakan liar dan perambahan hutan.

Kayu ulin sulit dibudidayakan. Walaupun bisa, tanaman ini akan bisa ditebang kayunya setelah berusia ratusan tahun sehingga tak ada orang yang mau mengembangkan jenis kayu tersebut. Lambatnya pertumbuhan ulin ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan diameter pohon. Pertumbuhan itu rata-rata hanya 0,058 cm per tahun. Bisa dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata diameter pohon meranti misalnya, lebih kurang 1 cm per tahun, bahkan 2 cm dengan perlakuan khusus.

Selain itu, perkembangbiakan ulin tak bisa dilakukan dengan cepat. Buah ulin memiliki cangkang keras. Tak heran proses perkecambahan ulin lambat. Selain dikikir, perkecambahan bisa dipercepat dengan menggoreng. Buah digoreng bukan dengan minyak tapi pasir. Buah ulin berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 15 cm dan diameter sekitar 7 cm.

Di Kalimantan Tengah, kayu ulin mampu memberi warna pada pariwisata Palangkaraya, seperti dikatakan Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Palangka Raya. Jenis kayu tersebut menarik dikunjungi karena merupakan jenis kayu langka dan hanya dapat ditemukan di hutan-hutan tertentu di Kalimantan.

Kayu ulin juga bisa dijumpai di kawasan objek wisata Bukit Tangkiling, taman wisata bernuansa alam perbukitan di Kecamatan Bukit Batu yang berjarak 34 km dari pusat Kota Palangkaraya. Selain kayu ulin, di kawasan ini juga dapat ditemukan jenis kayu khas Kalimantan lain, seperti meranti, keruing, ramin serta ratusan spesies flora dan fauna lainnya yang susah ditemui di daerah lain.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home