Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 03:35 WIB | Sabtu, 26 Oktober 2019

Wali Kota di Filipina Tewas Ditembak

Jasad wali kota David Navarro ditutupi selimut sementara polisi memproses tempat kejadian. (Foto: inquirer.net/Raul Constantine Labrador)

MANILA, SATUHARAPAN.COM - Seorang wali kota, yang berada dalam daftar Presiden Filipina Rodrigo Duterte soal para pejabat daerah yang dicurigai terlibat dalam jaringan narkoba, tewas ditembak oleh orang tak dikenal pada Jumat (25/10).

Insiden itu merupakan kasus penembakan terbaru pada kalangan tokoh terkemuka dalam perang yang dilancarkan Duterte terhadap perdagangan narkoba.

David Navarro, wali kota kecil di pulau selatan Mindanao, sedang dibawa oleh polisi ke kantor kejaksaan di Cebu City di Filipina tengah, ketika sekitar 10 orang bersenjata menyergap dia dan para personel polisi yang mengawalnya, kata kepolisian. Navarro dilaporkan mengenakan rompi anti peluru dan dijaga beberapa polisi di dalam mobil patroli ketika serangan itu terjadi.

David Navarro ditangkap polisi pada Kamis (24/10) setelah ia dituduh melecehkan seorang tukang pijat di Cebu.

Nama Navarro berada dalam daftar terbaru Duterte yang berisi para "politisi-narkoba." Daftar itu diluncurkan Duterte kepada publik pada Maret, menjelang pemilihan paruh waktu pada Mei 2019.

Navarro adalah wali kota ke-13 yang dibunuh oleh polisi atau penyerang tak dikenal sejak Duterte menjabat pada 30 Juni 2016.

Kepolisian mengatakan mereka telah membunuh 6.700 pengedar narkoba dalam adu tembak selama perang terhadap narkoba. Perang tersebut mulai dilancarkan Duterte lebih dari tiga tahun lalu dan menuai kecaman dari kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia di dalam dan luar negeri.

Pada 14 Oktober, kepala kepolisian Filipina mengundurkan diri kurang dari satu bulan sebelum pensiun setelah ia dituduh terlibat dalam kejahatan "mendaur ulang" narkoba sitaan.

Tuduhan itu bisa merongrong gerakan antinarkotika yang diusung pemerintah. (Reuters)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home