Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 10:38 WIB | Senin, 26 Desember 2022

57 Ronghingya Mendarat di Aceh Setelah Sebulan Hanyut di Laut

Para imigran ilegal etnis Rohingya yang terdampar di Aceh, hari Minggu, (25/12/2022). (Foto: Humas Bakamla RI via Antara).

ACEH, SATUHARAPAN.COM-Sebuah kapal rusak yang membawa 57 pengungsi Rohingya mendarat di pantai barat Aceh, Indonesia pada hari Minggu (25/12) setelah sebulan di laut, kata polisi.

Ribuan orang Rohingya yang sebagian besar Muslim mempertaruhkan nyawa mereka setiap tahun dalam perjalanan laut yang panjang dan mahal, seringkali dengan kapal berkualitas buruk, dalam upaya mengungsi ke Malaysia atau Indonesia dari8 Myanmar atau kamp pengungsi di Bangladesh.

Kapal kayu dengan 57 orang di dalamnya tiba sekitar pukul 08:00 WIB di sebuah pantai di Provinsi Aceh, kata juru bicara kepolisian setempat, Winardy. “Perahu itu mengalami kerusakan mesin dan terbawa angin ke pantai di Desa Ladong di Kabupaten Aceh Besar,” kata Winardy. “Mereka bilang sudah hanyut di laut selama sebulan.”

Polisi tiba di pantai tersebut setelah mendapat informasi dari beberapa warga bahwa kapal telah berlabuh di sana. Empat orang di dalamnya sakit dan telah dibawa ke rumah sakit.

Telmaizul Syatri, Kepala Kantor Imigrasi setempat, mengatakan para pengungsi akan ditampung sementara di fasilitas pemerintah daerah. “Kami akan berkoordinasi dengan International Organization for Migration dan UNHCR agar bisa tertangani dengan baik,” kata Syatri.

Ini adalah kapal pengungsi Rohingya ketiga yang tiba di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Dua kapal yang membawa total 229 Rohingya mendarat di Aceh pada 15 dan 16 November, menurut badan pengungsi PBB (UNHCR).

Kedatangan hari Minggu terjadi setelah UNHCR dan politisi Asia Tenggara menyerukan penyelamatan kapal lain yang membawa sebanyak 200 pengungsi Rohingya, termasuk perempuan dan anak-anak, yang telah terdampar di laut selama beberapa pekan.

Kapal itu dilaporkan berada di perairan dekat Thailand, Malaysia, Indonesia, dan India di Laut Andaman dan Selat Malaka, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

UNHCR mengatakan pekan lalu bahwa kapal itu telah berada di air sejak akhir November, dan telah menerima laporan sedikitnya selusin orang tewas di kapal. Mereka yang tertinggal di kapal tidak memiliki akses ke makanan atau air. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home