Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 10:33 WIB | Rabu, 25 Mei 2016

58 Persen Siswa SMU Jakarta Dukung Pelaksanaan Syariat Islam

Peluncuran dua komik toleransi dalam siaran pers SETARA tentang hasil survei tingkat toleransi siswa SMAdi Bakoel Koffie, Cikini, hari Selasa (24/5) (Foto:Kaviel Alawy)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menurut survei “Toleransi Siswa Negeri Jakarta dan Bandung Raya”, 58 persen siswa mendukung seluruh kehidupan di Indonesia diatur dengan hukum Islam.

Survei yang diadakan di DKI Jakarta (kecuali Kepulauan Seribu) dan Bandung Raya sejak tanggal 4-18 April 2016 dengan responden seluruh siswa di 171 sekolah bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi siswa.

Metode yang digunakan adalah random sampling, dengan masing-masing sekolah diambil 20 siswa/siswi sebagai responden, sehingga total responden dalam survey ini sebanyak 760.

Meskipun dari dimensi sosial politik hanya 29.5 persen siswa yang mempermasalahkan agama seorang calon pemimpin (harus seagama), dari dimensi ideologis masih ada 58 persen siswa yang mendukung penegakan syariat Islam di Indonesia. Sejatinya, jika demokrasi menjadi pilihan terbaik sistem bernegara, maka semestinya bukan agama yang menjadi variable utama sebagai sumber hukum. Tapi mungkin saja pandangan siswa juga mengafirmasi perihal penggunaan agama sebagai salah satu sumber rujukan dalam memproduksi hukum positif melalui proses demokrasi.

Berbeda dengan ihwal syariat Islam, mengacu pada pandangan siswa tentang jihad, 70 persen responden yang mengatakan bahwa ISIS adalah organisasi kekerasan yang mengatasnamakan agama.

Secara keseluruhan, SETARA Institute mengategorikan responden dengan menggunakan hasil jawaban dari 18 pertanyaan kunci. Dari 760 responden yang terlibat, terdapat (61.6 persen) siswa yang toleran, (35.7 persen) yang intoleran pasif, (2,4 persen) yang intoleran aktif, dan (0,3 persen) yang berpotensi menjadi teroris.

Rekomendasi Setara Institute kepada pemerintah menyikapi hasil survey tersebut adalah dengan memastikan kualitas kurikulum dan buku ajar yang kondusif untuk menguatkan toleransi siswa. Meningkatkan kapasitas para guru untuk mentransformasikan pengetahuan dan perilaku toleran pada siswa juga merupakan hal yang krusial karena guru adalah variable utama pembentuk karakter toleransi dan intoleransi siswa. Mengutip dari kata-kata Retno Listiyarti (Forum Serikat Guru Indonesia), “Pendidikan adalah mempertajam pemikiran, dan menghaluskan perasaan”.

Dalam upaya mempromosikan perilaku toleran pada siswa, SETARA juga menerbitkan dua buah komik yang memuat nilai-nilai toleransi, dirilis bersamaan dengan siaran pers hasil survei hari Selasa (24/5) di Jakarta Pusat. (kav)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home