Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 09:42 WIB | Kamis, 07 April 2016

60 Persen Penderita Tidak Sadar Idap Diabetes

Ilustrasi: Tema yang diluncurkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam peringatan Hari Kesehatan Sedunia, mengalahkan diabetes melitus. (Ilustrasi: Dok satuharapan.com/who.int)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengangkat tema upaya pengentasan diabetes melitus (DM) dalam peringatan Hari Kesehatan Sedunia yang jatuh pada Kamis, 7 April. 

Berkaitan dengan peringatan itu, dalam wawancara yang dimuat di dalam situs resmi ugm.ac.id pada Rabu (6/4), ahli penyakit dalam Fakultas Kedokteran (FK) UGM, dr R Bowo Pramono SpPD KEMD(K), mengingatkan DM masih menjadi persoalan kesehatan serius di dunia, termasuk Indonesia. Indonesia berada di urutan ke-4 dengan prevalensi diabetes tertinggi di dunia setelah India, Tiongkok, dan Amerika Serikat.

Jumlah pengidap diabetes terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama untuk DM tipe 2. WHO memperkirakan jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030.

“Lebih dari 60 persen pengidap diabetes tidak sadar kalau terkena diabetes. Kebanyakan datang ke dokter sudah dalam kondisi komplikasi,” kata dr Bowo yang juga menjabat Kepala SMF/KSM Penyakit Dalam, RSUP Dr Sardjito ini.

Melihat kondisi itu Bowo menekankan pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih mengenali gejala diabetes sedini mungkin.

Terdapat tiga gejala klasik diabetes yang dikenal dengan istilah 3 P, yaitu poliuri atau sering buang air kecil, polifagi atau sering merasa lapar, dan polidipsi atau sering merasa haus. Di samping itu, diabetes juga sering ditandai dengan penurunan berat badan tanpa disertai dengan sebab yang jelas.

Gejala-gejala itu kerap tidak diperhatikan sebagai keadaan yang harus dikhawatirkan, sehingga tidak ada langkah untuk melakukan pemeriksaan ke dokter.

Bowo menyebutkan diabetes bukanlah penyakit yang mematikan. Namun, penyakit yang timbul akibat peningkatan kadar gula dalam darah ini bisa mematikan apabila terjadi komplikasi.

“Karenanya skrining itu diperlukan dengan rajin check up setahun sekali,” dia menegaskan.

Bowo menuturkan untuk menekan risiko terkena diabetes masyarakat diharapkan lebih memperhatikan kesehatan dengan menjalani pola hidup sehat. Pola hidup sehat tersebut antara lain dengan makan sesuai kebutuhan disertai komposisi nutrisi seimbang dan melakukan olahraga secara rutin.

Pencegahan primer dilakukan dengan menjaga agar orang yang berisiko diabetes tidak sampai terkena diabetes sehingga perlu dilakukan skrining.

Sementara itu, pencegahan sekunder dilakukan agar penderita diabetes tidak mengalami komplikasi akut. Pasalnya, DM apabila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan komplikasi kronis seperti stroke, serangan jantung, gangguan saraf tepi, dan amputasi.

Begitu pula pencegahan tersier perlu dilakukan agar penderita diabetes yang terkena komplikasi tidak mengalami cacat, amputasi, bahkan kematian.

“Karena itu, program edukasi dan sosialisasi terhadap gejala, upaya pencegahan, dan pengelolaan diabetes sangat dibutuhkan untuk menekan prevalensi diabetes secara nasional,” dia berpesan. (ugm.ac.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home