Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 03:11 WIB | Kamis, 11 Agustus 2022

66 Ribu Orang di Asia Tenggara Terpapa Coronavirus Terkait SARS Tiap Tahun

Pintu masuk yang diblokir ke pasar makanan laut Huanan, tempat virus corona yang dapat menyebabkan COVID-19 diyakini pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada 30 Maret 2020. (Foto: dok.Reuters)

SATUHARAPAN.COM-Sekitar 66.000 orang di Asia Tenggara terinfeksi virus corona terkait SARS setiap tahun, dan hampir 500 juta orang tinggal di dekat habitat tempat ditemukannya kelelawar pembawa virus tersebut, menurut sebuah penelitian yang dirilis pada hari Rabu (10/8).

Penelitian, yang diterbitkan oleh Nature Communications, mengatakan penularan virus dari kelelawar ke manusia mungkin telah “secara substansial diremehkan,” menambahkan bahwa pemetaan spesies kelelawar di wilayah tersebut dapat membantu upaya untuk menentukan asal-usul COVID-19.

Para peneliti berfokus pada 26 spesies kelelawar yang diketahui menjadi inang virus corona mirip SARS (Severe Aqute Respiratory Syndrome) di wilayah seluas 5,1 juta kilometer persegi (dua juta mil persegi), membentang dari China hingga Asia Tenggara dan Selatan.

Mereka kemudian memasukkan data tentang tingkat antibodi di antara orang-orang yang telah melaporkan kontak dengan kelelawar.

China Selatan, Myanmar timur laut, Laos, dan Vietnam utara diidentifikasi sebagai wilayah dengan keanekaragaman spesies kelelawar tertinggi yang menjadi inang virus corona mirip SARS (SARSr-CoVs).

“Perkiraan kami bahwa rata-rata 66.000 orang terinfeksi SARSr-CoV setiap tahun di Asia Tenggara menunjukkan bahwa penyebaran SARSr-CoV dari kelelawar ke manusia adalah umum di wilayah tersebut, dan tidak terdeteksi oleh program pengawasan dan studi klinis di sebagian besar kasu di negara itu,” kata mereka.

“Data geografi dan skala limpahan ini dapat digunakan untuk menargetkan program pengawasan dan pencegahan potensi munculnya kelelawar-CoV di masa depan,” kata jurnal itu.

COVID-19 Disebabkan oleh Virus Corona Jenis SARS-CoV-2

Penulis penelitian tersebut termasuk Peter Daszak, anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas menyelidiki asal usul COVID-19 dan mengunjungi Wuhan awal tahun lalu, tempat pandemi pertama kali diidentifikasi pada akhir tahun 2019.

WHO mengatakan pada bulan Juni bahwa kurangnya data dari China membuat sulit untuk menentukan kapan dan bagaimana virus corona pertama kali menyeberang ke populasi manusia.

Sebuah studi yang diterbitkan oleh jurnal Science pada akhir Juli mengatakan perdagangan satwa liar hidup masih merupakan penjelasan terbaik untuk asal mula pandemi, dengan dua limpahan terpisah kemungkinan terjadi di Pasar Makanan Laut Huanan, di mana banyak kasus paling awal ditemuka. (Reuters)

 

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home