Loading...
INDONESIA
Penulis: Yoanes Sahala 16:02 WIB | Sabtu, 23 September 2017

9.421 Jiwa Mengungsi, Gunung Agung Masih Status Awas

Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. (Foto: Dok. BNPB)

KARANGASEM, SATUHARAPAN.COM - Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hari Jumat (22/9) malam, meningkatkan status Gunung Agung, Bali menjadi Awas.

Dengan status Awas ini maka warga masyarakat yang bermukim dalam radius 12 kilometer (km) harus mengungsi, demikian diutarakan Menteri ESDM, Ignasius Jonan saat mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gunung Agung.

"Kita sudah meningkatkan level kegiatan Gunung Agung ini menjadi awas, jadi awas secara teori nggak ada awas berapa awas berapa, kalau awas memang harus mengungsi," ujar Jonan seperti dilansir esdm.go.id, hari Sabtu (23/9).

Diberlakukannya status Gunung Agung AWAS sejak tanggal 22 September 2017 pukul 20:30, maka daerah bahaya tidak boleh ada aktivitas radius sembilan kilometer dari puncak dan untuk sektoral baratdaya, selatan, tenggara, timurlaut, dan utara sejauh 12 km juga dari puncak.

"Intinya memang ini sudah harus dievakuasi. kalau ditanya apa pasti meletus tidak ada yang tahu, kita ini kan berjaga-jaga daripada nanti kalau terjadi sesuatu kita akan menyesal karena kalau dilihat aktivitasnya aktivitas vulkanisnya udah luar biasa daripada aktivitas atau gejala normal," jelas Jonan.

Sementara itu kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei menyatakan, dengan meningkatnya status dari siaga menjadi awas. Maka BNPB akan menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada.

Masyarakat dalam radius 12 km yang diamankan. Jadi ini setelah dipelajari di riset, radius aman adalah 12 km oleh karena itu yang kita lakukan bersama Pemda adalah bagaimana mengevakuasi masyarakat secepatnya untuk keluar dari radius itu.

"Kita sudah siapkan mulai dari peringatan dininya sehingga masyarakat semua tahu dari tiga hari yang lalu sebetulnya sudah dilakukan sosialisasi dari masyarakat tentang situasi gunung agung ini, baik itu evakuasi mandiri atau evakuasi yang dilakukan diorganisir oleh Pemda," ujar Willem.

"Besok kita mulai melaksanakan kegiatan dengan memasang tanda dimana batas radius 12 km itu, sehingga masyarakat tahu dengan adanya tanda itu masyarakat paham ini untuk tidak melanggar masuk di radius itu," tambah Willem.

Mengenai berapa banyak perkiraan masyarakat yang harus dievakuasi dalam radius sembilan kilometer dari puncak Gunung Agung, Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa mengatakan, "Jika radius aman seperti yang dikatakan PVMBG adalah radius 12 perluasan dan radius sembilan kilometer yang sesungguhnya maka kita berhitung di radius sembilan kilometeritu terdapat sekitar 20 desa dengan penduduknya kurang lebih sekitar 64.000 jiwa.”

“Dan sebagaimana telah diarahkan dari PNBP Pusat dan dari PVMBG radius 9 Km berada di ketinggian 950 meter, sesungguhnya sekarang diketinggian 700 meter sudah tidak ada penduduknya lagi, jadi artinya, di radius Sembilan kilometer itu sudah tidak ada penduduknya lagi, malam ini semua sudah turun," ujar I Wayan.

Berdasarkan data sementara yang dihimpun BNPB Provinsi Bali hingga hari Jumat (22/9) pukul 13.00 Wib terdapat 9.421 jiwa warga yang mengungsi. Mereka adalah warga desa yang tinggal di dalam radius enam kilometer dan 7,5 kilometer di sektor utara, tanggara, selatan-baratdaya dari puncak Gunung Agung seperti yang direkomendasikan PVMBG.

“Masyarakat mengungsi karena pengalaman masa lalu saat Gunung Agung akan meletus tahun 1963 yaitu banyaknya gempa-gempa yang dirasakan,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Pengungsi tersebar di 50 titik pengungsi di Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Buleleng. Pengungsi di Kabupaten Karangasem terdapat 7.018 jiwa yang tersebar di 40 titik pengungsian, di Kabupaten Buleleng ada 1.722 jiwa pengungsi di delapan titik, dan di Kabupaten Klungkung terdapat 601 jiwa pengungsi di dua titik.

“Data pengungsi terus bergerak karena adanya masyarakat yang mengungsi dari temlat tinggalnya. Pengungsi ditempatkan di gedung olahraga, balai desa, banjar dan lainnya. Ada juga yang tinggal di kerabatnya,” kata Sutopo.

 

 

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home