Loading...
EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 23:20 WIB | Selasa, 25 Agustus 2015

Angka Kemiskinan Molor karena Sampel Data Diperbanyak

Foto: Twitter @bps_statistik

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan sampel data angka kemiskinan yang surveinya dilakukan Maret dan awalnya direncanakan dirilis Agustus diperbanyak hingga empat kali lipat.

"Data kemiskinan molor karena kami memperbanyak sampelnya hingga empat kali lipat. Biasanya 75 ribu rumah tangga, sekarang jadi 300 ribu rumah tangga," ujar Kepala BPS Suryamin di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, hari Selasa (25/8).

Tujuan memperbanyak sampel, tutur Suryamin, adalah untuk membuat gambaran data kemiskinan sampai ke tingkat kabupaten/kota dengan keterwakilan sampel dari kabupaten/kota. Sementara jumlah sampel sebelumnya sebanyak 75 ribu rumah tangga, kata dia, hanya dari provinsi.

Suryamin menuturkan kini proses survei angka kemiskinan masih berlangsung dan rilisnya dijadwalkan pada September 2015.

"Target dirilisnya September awal atau pertengahan karena kami rilisnya tanggal 1, 5 dan 15," ujar dia.

Ia menegaskan tidak ada alasan lain penyebab kemunduran perilisan angka kemiskinan, selain harus mengumpulkan sampel yang cukup di sekitar 500 kabupaten/kota.

Sedangkan untuk hasil survei, Suryamin yakin dengan sampel data yang lebih banyak, hasilnya akan semakin konsisten dengan kondisi sebenarnya.

"Apapun hasilnya itulah hasil dari pengolahan, bahkan nanti hasilnya lebih konsisten terhadap data populasinya karena makin banyak sampel," kata dia.

Sementara untuk angka pengangguran, ia mengatakan dirilis tepat waktu sesuai jadwal, yakni survei Februari dirilis Agustus serta survei Agustus yang kini sedang berjalan akan dirilis pada Oktober atau November. Untuk sampel angka pengangguran, ia mengatakan jumlahnya masih sama sehingga dapat dirilis sesuai target.

Sebelumnya, Lembaga Kajian Institute for National Development of Economic Finance (INDEF) memperkirakan kualitas tiga indikator kesejahteraan Indonesia menurun, sebagian besar dipicu perlambatan ekonomi yang dinilai menggerus daya beli masyarakat.

Tiga indikator itu adalah angka kemiskinan yang diperkirakan INDEF pada Agustus 2015 naik menjadi 11,5 persen, tingkat pengangguran 7,5 persen dan tingkat ketimpangan ekonomi atau rasio gini berdasarkan pengeluaran yang sebesar 0,42. (Ant


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home