Loading...
SAINS
Penulis: Tunggul Tauladan 18:33 WIB | Kamis, 19 Juni 2014

Apeman Malioboro Hadirkan Tema Lingkungan Hidup

Apeman Malioboro Hadirkan Tema Lingkungan Hidup
Wisatawan sedang menikmati seni intalasi yang terbuat dari botol bekas air mineral bekas dalam Festival Ruwahan Apeman Malioboro. (Foto: Tunggul Tauladan)
Apeman Malioboro Hadirkan Tema Lingkungan Hidup

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Kue apem identik dengan penanggalan bulan Ruwah dalam kalender Jawa. Hingga saat ini, sebagian masyarakat Jawa masih memegang teguh tradisi pembuatan kue apem di bulan Ruwah. Pasalnya, usai bulan Ruwah ini berakhir, maka umat muslim akan menjalankan ibadah puasa. Oleh karena itu, sebelum umat muslim tersebut menjalankan ibadah puasa, mereka biasanya meminta maaf yang tersimbolisasi lewat kue apem. Kata apem sendiri berasal dari bahasa Arab affuwwun yang berarti memohon ampun (meminta maaf).

Berkaca dari tradisi pembuatan kue apem tersebut, Community of Malioboro (COMA) di Yogyakarta menggelar festival budaya bertajuk Ruwahan Apeman Malioboro. Festival ini digelar selama 5 hari, yaitu pada 17-21 Juni 2014. Selama perhelatan, acara Ruwahan Apeman Malioboro diisi dengan pameran seni instalasi di sepanjang Jalan Malioboro, penampilan beragam kesenian, workshop tattoo, tarot, dan batik. Puncak acara Ruwahan Apeman Malioboro ini diisi dengan kirab gunungan apem dan hasil bumi.

Menurut Ketua Panitia Ruwahan Apeman Malioboro, Imam B. Rastanagara, acara ini sengaja dibuat sebagai bagian dari upaya untuk melestarikan tradisi masyarakat Jawa di mana pada bulan Ruwah senantiasa membuat apem. Namun dalam perhelatan ini, tradisi pembuatan kue apem tersebut dikemas ke dalam bentuk kesenian sehingga menarik untuk disajikan kepada masyarakat.

“Ruwahan Apeman Malioboro ini dimaksudkan untuk mengenalkan tradisi masyarakat Jawa yang selalu membuat apem ketika bulan Ruwah. Tradisi ini sengaja dilakukan untuk menyambut datangnya bulan Puasa,” demikian disampaikan oleh Imam pada Kamis (19/6).

Dalam perhelatan Ruwahan Apeman Malioboro kali ini, COMA sengaja mengangkat unsur pelestarian lingkungan hidup. Unsur lingkungan hidup tersebut terimplementasi ke dalam berbagai karya seni instalasi yang dipacak di sepanjang Jalan Malioboro. Tak kurang dari 20 karya seni instalasi dibuat dengan memanfaatkan limbah, seperti kaleng bekas oli, kaleng bekas susu, dan botol bekas air mineral. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home