Armenia Mengeluh tentang Pasukan Perdamaian Rusia Yang Bermasalah
YEREVAN, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengatakan pada hari Selasa (14/4) bahwa dia telah mengeluh kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, tentang "masalah" yang terkait dengan pasukan penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh yang bergolak.
Musuh bebuyutan Kaukasus, Armenia dan Azerbaijan, telah melakukan dua perang brutal untuk menguasai wilayah mayoritas Armenia dan konflik terbaru pada tahun 2020 berakhir dengan pengerahan pasukan Moskow.
“Dalam percakapan telepon dengan Putin kemarin, saya berbicara tentang kemungkinan eskalasi di Nagorno-Karabakh dan mengatakan bahwa ada masalah di zona di mana penjaga perdamaian Rusia bertanggung jawab,” kata Pashinyan dalam konferensi pers di Yerevan.
“Retorika Azerbaijan menjadi semakin agresif setiap hari,” katanya, mencela blokade yang disebut koridor Lachin, yang merupakan satu-satunya penghubung tanah Karabakh dengan Armenia.
Dia menggambarkan gangguan di sepanjang rute yang telah berlangsung selama berbulan-bulan sebagai “persiapan untuk pembersihan etnis Armenia.”
Sejak pertengahan Desember, sekelompok aktivis lingkungan Azerbaijan telah memblokir lalu lintas di koridor Lachin untuk memprotes apa yang mereka katakan sebagai penambangan ilegal.
Yerevan mengatakan blokade tersebut telah menyebabkan “krisis kemanusiaan yang meluas” di wilayah pegunungan yang menghadapi kekurangan makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Dan dikatakan blokade itu ditujukan untuk mengusir orang-orang Armenia dari Karabakh, yang merupakan "pembersihan etnis".
Baku membantah klaim tersebut.
Pashinyan mengatakan selama konferensi hari Selasa bahwa Armenia baru-baru ini menerima tanggapan Baku atas proposal perjanjian damai penuh, yang diajukan Yerevan pada pertengahan Februari.
Dia mencatat beberapa kemajuan dalam proses perdamaian, tetapi mengatakan "masalah mendasar" tetap ada karena "Azerbaijan mencoba mengajukan klaim teritorial, yang merupakan garis merah bagi Armenia."
Ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, separatis etnis Armenia di Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan. Konflik berikutnya merenggut sekitar 30.000 nyawa.
Gejolak kekerasan lainnya pada tahun 2020 menewaskan lebih dari 6.500 orang dan diakhiri dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia.
Di bawah kesepakatan itu, Armenia menyerahkan wilayah yang telah dikuasainya selama beberapa dekade dan Rusia mengerahkan kontingen penjaga perdamaiannya untuk mengawasi gencatan senjata yang rapuh. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
BKSDA Titipkan 80 Buaya di Penangkaran Cianjur
CIANJUR, SATUHARAPAN.COM - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah I Bogor, mengakui 80 ek...