Arugula, Sayuran Sehat bagi Penderita Diabetes
SATUHARAPAN.COM – Arugula memiliki ciri khas pada rasanya yang cukup unik, yakni sedikit pedas dan agak pahit. Bisa jadi masih banyak yang belum mengenal daun ini di Indonesia. Namun, sayuran arugula cukup terkenal sebagai bahan konsumsi di negara-negara Barat.
Arugula, mengutip Wikipedia memiliki nama ilmiah Eruca sativa, adalah tanaman tahunan yang dapat dimakan. Tanaman ini termasuk keluarga Brassicaceae. Jadi, arugula masih berkerabat dengan kembang kol, bayam, serta lobak. Sekilas arugula, tampak mirip selada juga agak mirip dengan kangkung.
Biasanya, arugula dimanfaatkan untuk campuran salad, burger, taburan sup, diaduk dengan pasta, atau jadi topping pizza. Sayuran ini banyak dijual di pasar swalayan besar dalam kemasan plastik. Rasanya yang sedikit pahit membuat arugula cocok dipadu dengan saus agak asam, dan keju.
Arugula ternyata tidak hanya lezat untuk dijadikan salad, namun juga baik untuk digunakan sebagai sayuran berkhasiat bagi kesehatan. Kandungan di dalam daun ini yaitu vitamin K, vitamin C, vitamin B, vitamin A, kalsium, zat besi, mangan, dan juga kalsium.
Berdasarkan penelitian klinis yang dikutip dari draxe.com, diet tinggi sayuran hijau, dianggap sebagai jenis obat diabetes alami, karena meningkatkan respons insulin. Ekstrak arugula, atau minyak yang diambil dari biji arugula, dianggap sebagai metode pencegahan dan pengobatan yang efektif untuk meningkatkan respons insulin, mengurangi hiperglikemia, dan menurunkan kolesterol tinggi dan trigliserida.
Arugula, dikutip dari diabetesmealplans.com, disebut sebagai sayuran hijuan yang memiliki komponen nomor satu untuk diet diabetes yang sehat. Arugula adalah jenis sayuran “all-you-can-eat”, dengan rasa pedas ringan dan sejumlah manfaat kesehatan. Arugula sangat rendah karbohidrat, lemak, gula, dan kalori. Arugula mengandung antioksidan tingkat tinggi, yang sangat bermanfaat untuk diabetes.
Arugula, dikutip dari lybrate.com, mengandung antioksidan yang disebut alpha-lipoic acid (ALA), yang terbukti menurunkan kadar glukosa, meningkatkan sensitivitas insulin dan mencegah perubahan stres oksidatif pada pasien diabetes. ALA juga membantu mengurangi neuropati perifer dan otonom pada diabetes. Jadi itu akan baik untuk memasukkan arugula dalam diet penderita diabetes.
Arugula tinggi lutein dan zeaxanthin, dua antioksidan penting untuk kesehatan mata. Karena masalah mata adalah risiko yang sangat nyata pada diabetes, mengkonsumsi banyak lutein dan zeaxanthin dapat membantu mengurangi risiko kebutaan, glaukoma, degenerasi makula, dan masalah penglihatan yang menghancurkan lainnya. Kandungan vitamin A yang tinggi dalam arugula juga dapat membantu dalam mengatur pelepasan insulin.
Pemerian Botani Tanaman Arugula
Eruca sativa atau arugula menurut Wikipedia, adalah tumbuhan yang dapat mencapai tinggi 20–100 cm. Daunnya menyirip memiliki empat hingga sepuluh lobus kecil, dalam, lateral dan lobus terminal besar.
Bunganya berdiameter 2-4 cm tersusun dalam bentuk bunga cawan (corymb), khas bunga Brassicaceae, dengan kelopak bunga berwarna putih krem ââberurat ungu, dan memiliki benang sari kuning. Buahnya adalah siliqua (polong) berdiameter 12–35 milimeter dengan paruh apikal, dan mengandung beberapa biji (yang dapat dimakan).
Nama ilmiah arugula menurut wikipedia adalah Eruca sativa, dengan sinonim Eruca vesicaria subsp. Nama lain yang dikenal adalah rocket (Inggris, Australia, Afrika Selatan, Irlandia, dan Selandia Baru). Beberapa nama tambahan adalah rocket salad, rucola, rucoli, rugula, colewort, dan roquette.
Arugula dikutip dari medindia.net, memiliki berbagai nama umum lain seperti jarjeer atau jarjir dalam bahasa Arab, tarmira dalam bahasa Urdu, roquette dalam bahasa Prancis, roka di Turki, indau dalam bahasa Rusia, rucola atau ruchetta dalam bahasa Italia, roket, rocket salad, dan arugula dalam bahasa Inggris.
Sejarah Tumbuhan Arugula
Tanaman arugula berasal dari wilayah Mediterania, Maroko dan Portugal di barat, hingga Suriah, Lebanon, dan Turki di timur. Tanaman ini, dikutip dari bwqualitygrowers.com, bunga dan daunnya telah lama menjadi bahan populer dalam masakan Italia, Maroko, Portugal, dan Turki. Di Roma kuno dan Mesir, konsumsi daun dan biji arugula dikaitkan dengan sifat afrodisiak.
Catatan tentang tanaman arugula ini, dapat ditemukan dalam teks Alkitab Perjanjian Lama, dalam 2 Raja-raja 4 :39. Dalam Perjanjian Lama terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, arugula disebut pohon sulur-suluran liar, atau sebagai oroth, dan dalam teks-teks Yahudi disebut Mishna dan Talmud. Arugula dibawa ke Amerika oleh kolonial Inggris tetapi baru pada tahun 1990-an arugula itu dikenal sebagai bahan kuliner populer di Amerika Serikat.
Di India daun arugula tidak umum digunakan, namun benih tanaman diperas untuk menghasilkan minyak yang dikenal sebagai taramira, yang digunakan untuk tujuan pengobatan dan kosmetik. Aroma dan rasa pedas arugula membuatnya secara alami tahan terhadap hama.
Arugula, dikutip dari naturalfoodseries.com, merupakan komponen penting dari diet Romawi. Catatan menunjukkan penggunaan biji arugula sebagai tonik sejak abad pertama. Beberapa penulis menyatakan karena alasan ini selama abad pertengahan, arugula dilarang ditanam di biara-biara.
Di India, arugula dikenal sebagai gargeer, demikian juga di Arab disebut sebagai gargir, merupakan sayuran yang sangat populer di kalangan masyarakat Mesir. Arugula sangat digemari banyak orang Mesir, baik dikonsumsi secara mentah atau instan. Di samping harganya yang murah, gargir atau arugula sangat mudah di dapat di berbagai penjuru pasar sayur di Mesir.
Manfaat Herbal Arugula
Selain daun, bunga arugula, polong biji muda dan biji matang semuanya bisa dimakan.
Seperti banyak sayuran cruciferous lain, dikutip dari superfoodprofiles.com, arugula mengandung zat khusus yang mengandung sulfur yang disebut glukosinolat. Peneliti kanker sangat tertarik dengan indole-3-carbinol dan sulforaphane karena sifat antikankernya yang kuat.
Sebuah studi yang didanai Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Pedesaan Australia (RIRDC), dikutip dari healwithfood.org, memperkirakan arugula hijau memiliki lebih banyak potensi antikanker daripada sayuran silangan lain yang biasa dikonsumsi.
Sayuran hijau seperti arugula, adalah sumber klorofil alkoksida dan detoksifikasi yang sangat baik.
Arugula dapat membantu dalam manajemen diabetes mellitus, dikutip dari medindia.net, menurut studi yang mengamati arugula memperlambat pelepasan glukosa dari karbohidrat ke dalam aliran darah, selama proses pencernaan.
Karena arugula adalah sumber antioksidan yang kuat, aromanya mengais radikal bebas dan membantu menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal. Selain itu, arugula adalah sumber serat makanan yang baik, yang mencegah lonjakan kadar glukosa darah.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Al-Nahrain University edisi Maret 2013, menemukan pemberian ekstrak daun arugula meningkatkan kadar testosteron (menunjukkan peningkatan hasrat seksual), dan aktivitas sperma (indikasi peningkatan kesuburan) pada tikus. Hasil ini menunjukkan bahwa fitokemikal dan atau nutrisi di arugula mungkin memang memiliki sifat meningkatkan afrodisiak dan kesuburan.
Dikemas dengan vitamin C dan vitamin K, arugula juga dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan bagi orang-orang yang mencari untuk mengurangi risiko penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular lain. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American College of Nutrition edisi April 2004 menemukan bahwa orang yang menerima suplemen vitamin C setiap hari menunjukkan penurunan 24 persen kadar CRP plasma mereka setelah hanya dua bulan. Para ahli percaya tingkat CRP seseorang (tingkat protein C-reaktif) mungkin menjadi ukuran yang lebih akurat dari risiko penyakit jantung seseorang daripada tingkat kolesterol.
Vitamin K, dalam arugula dapat meningkatkan kesehatan tulang dan mencegah patah tulang.
Editor : Sotyati
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...