AS Jatuhkan Sanksi Baru pada Entitas Terkait Hizbullah Lebanon
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat memasukkan tiga orang dan 12 entitas, termasuk perusahaan farmasi dan medis, di Lebanon yang terkait dengan Yayasan Martir Hizbullah dalam daftar sanksi terhadap organisasi teroris, menurut pejabat Departemen Keuangan.
Departemen Keuangan AS, dikutip Al Arabiya, menyebut Sheikh Yusuf Aasi, Kassem Mohamad Bazzi dan Jawad Nur-al-Din sebagai tiga individu yang terkena sanksi.
Sanksi baru itu memperkuat tekanan AS terhadap Hizbullah di Lebanon. Dan masalah virus corona yang dikonfirmasi terjadi di Lebanon, sanksi terhadap perusahaan, seperti Atlas Holding, yang bergerak di berbagai sektor termasuk farmasi dapat berdampak buruk pada kemampuan negara itu untuk mengatasi wabah virus lebih lanjut.
Kebijakan AS sebelumnya tertuju pada stabilitas Lebanon, tetapi pemerintahan baru dengan keterlibatan kelompok garis keras Hizbullah yang didukung Iran, sanksi terhadap kelompok ini menjadi bagian "tekanan maksimum" Amerika terhadap Iran.
"Administrasi Trump dan sekutunya dalam kongres dari kedua belah pihak bertekad untuk melanjutkan kebijakan tekanan maksimum mereka pada rezim Iran dan sekutu mereka di kawasan itu untuk memperoleh perubahan besar dalam perilaku," kata Walid Phares, mantan penasihat kebijakan luar negeri untuk calon presiden saat itu Donald Trump pada tahun 2016.
"Penambahan sanksi terhadap sekutu Hizbullah adalah pesan kepada para politisi dan pemimpin di Lebanon untuk memutuskan hubungan mereka dengan kelompok itu. Tetapi itu juga merupakan pesan kepada masyarakat sipil Lebanon dan khususnya para pemrotes Lebanon," tambah Phares.
Putaran terakhir sanksi AS yang menampar Hizbullah Lebanon adalah sanksi pada bulan Agustus 2019 terhadap Jammal Trust Bank (JTB) karena memfasilitasi kegiatan keuangan Hizbullah.
Editor : Sabar Subekti
Tanda-tanda Kelelahan dan Stres di Tempat Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Stres berkepanjangan sering kali didapati di tempat kerja yang menyebabka...