Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 12:55 WIB | Senin, 17 Februari 2014

Babad Klono Sewandono: Cerita Cinta Sang Raja Ditampilkan dalam Reog

Babad Klono Sewandono: Cerita Cinta Sang Raja Ditampilkan dalam Reog
Pertunjukan Babad Klono Sewandono. (Foto: Dokumentasi Galeri Indonesia Kaya)
Babad Klono Sewandono: Cerita Cinta Sang Raja Ditampilkan dalam Reog
Babad Klono Sewandono: Cerita Cinta Sang Raja Ditampilkan dalam Reog

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kelompok kesenian reog Ponorogo ‘Singo Budoyo Mudho’mempersembahkan sebuah pertunjukan bertajuk ‘Babad Klono Sewandono’ di Auditorium Galeri Indonesia Kaya (GIK) Jakarta pada Sabtu (15/2).

Babad Klono Sewandono mengisahkan Klono Sewandono, seorang raja dari kerajaan Jenggala yang jatuh cinta pada Dewi Sanggalangit dari kerajaan Kediri. Dia ingin menjadikan Dewi Sanggalangit istrinya dan sebagai mas kawin, Dewi Sanggalangit meminta untuk dibawakan seluruh hutan beserta isi hutan ke istana.

Klono Sewandono yang diiringi para warok,prajurit beserta patih dari Kerajaan Jenggala berangkat menuju hutan yang diinginkan oleh sang Dewi. Namun dalam perjalanan pasukan Klono Sewandono terhenti ketika melihat munculnya Singobarong, manusia berkepala singa yang ditunggangi burung merak. Terjadilah peperangan yang sangat sengit yang mengakibatkan banyak korban dari pasukan Klono Sewandono. Kemudian Klono Sewandono maju ke medan perang melawan Singobarong dengan senjata cemeti pusaka Samandiman.

Kisah pertempuran ini “digambarkan dengan tarian para prajurit seperti warok, jatilan, serta patih Bujang Ganong yang dalam penyajiannya dibuat dengan gerakan yang gebyar serta serempak sehingga menjadikan pertunjukan Reog ini sangat bagus untuk dilihat.” kata Agus Subekti, pelopor kebangkitan kembali kelompok kesenian ‘Singo Budoyo Mudho’.

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan,“Kelompok Singo Budoyo Mudho ini merupakan regenerasi dari pendirinya yang sempat vakum beberapa tahun karena kurangnya kegiatan. Untuk itu GIK merasa perlu memberikan ruang bagi mereka untuk terus melestarikan kesenian reog Ponorogo yang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia.”

Kelompok kesenian reog ‘Singo Budoyo Mudho’ berdiri pada 1978. Sebelumnya bernama Singo Budoyo yang diketuai Herman Kusni. Sempat mengalami kevakuman karena berkurangnya kegiatan pada tahun 90-an. Agus Subekti mengembangkannya lagi dan namanya berubah menjadi Singo Budoyo Mudho pada tahun 2005.

Dengan mendirikan kelompok kesenian reog ini di daerah Tanjung Priok Jakarta, ‘Singo Budoyo Mudho’ mengajak serta memperkenalkan kesenian ini supaya para remaja khususnya terhindar dari kegiatan yang negatif dengan melestarikan kesenian reog sebagai budaya asli Indonesia. Misi dari pada kesenian ini ialah untuk memajukan kesenian tradisional khususnya kesenian reog Ponorogo di kancah nasional maupun internasional. (PR)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home