Loading...
DUNIA
Penulis: Sotyati 18:46 WIB | Kamis, 16 Oktober 2014

Badai Salju di Himalaya, Lebih dari 20 Pendaki Tewas

Operasi penyelamatan oleh tentara Nepal. (Foto: Reuters)

KATHMANDU, SATUHARAPAN.COM – Badai salju menewaskan lebih dari 20 pendaki gunung dan penjelajah di jalur-jalur populer di kawasan Pegunungan Himalaya.

Hingga kini, petugas penyelamatan terus menjalankan operasi pencarian di wilayah tengah Nepal, setelah badai salju menyapu para pendaki yang menjelajah di kawasan Himalaya.

Petugas penyelamatan, seperti dilaporkan CNN, berhasil menyelamatkan sembilan penggemar kegiatan penjelajahan asal Israel yang berhasil menyelamatkan diri. Demikian juga tiga pendaki Kanada dan empat  penjelajah India berhasil diselamatkan, menurut asosiasi agen perjalanan Nepal.

Helikopter-helikopter diterjunkan untuk menyelamatkan pendaki yang terdampar di beberapa tempat setelah badai salju hebat melanda sepanjang jalur populer di Himalaya.  

Hingga tulisan ini diturunkan, Wall Street Journal melaporkan 22 orang tewas, sementara  BBC sudah menyebutkan korban tewas mencapai 26 orang.

Puluhan Ribu Pendaki Mengunjungi Nepal

Puluhan ribu pengunjung dari seluruh dunia berkunjung ke Nepal setiap tahun, untuk menjelajahi Pegunungan Himalaya yang spektakuler, membelanjakan jutaan dolar di negara yang terutama hidup dari pariwisata itu.

Dan, musibah bencana dari usaha yang mampu membuat Nepal terkenal di seluruh dunia itu muncul pada Selasa (14/10) lalu, ketika sedikitnya 17 orang dari seluruh dunia tewas terjebak dalam badai salju yang hebat ketika melakukan penjelajahan di ketinggian.

Manesh Shrestha dan Laura Smith-Spark dari CNN, pada 16 Oktober melaporkan 12 pendaki tewas di kawasan Annapurna yang sangat terkenal. Korban termasuk dua penjelajah Polandia, seorang Israel, dan satu orang warga Nepal. Lebih dari delapan orang  terkubur salju.

Juru bicara militer Nepal, Neranjan Shrestha, juga menyatakan ditemukan lima korban lainnya di Distrik Manang.

Para pejabat menyatakan banyak orang dilaporkan hilang, dengan demikian dikhawatirkan jumlah korban meningkat.

Peristiwa kali ini, juga menjadi catatan tragedi paling mematikan dalam sejarah Nepal, negara berpenduduk lebih kurang 26 juta yang dikenal di seluruh dunia karena wilayah pegunungannya yang spektakuler, termasuk Gunung Everest.

Badai salju dua hari yang mematikan itu, berkait erat dengan Topan Hudhud yang melanda India timur, dan terjadi hanya enam bulan setelah tragedi terakhir yang melanda lereng Gunung Everest.

Saat itu, longsoran es menyapu dan menewaskan 16 sherpa, terjadi tepat sebelum puncak musim pendakian tiba pada Mei, menyebabkan banyak sherpa yang kemudian menolak untuk mendaki. Setidaknya enam perusahaan yang memandu ekspedisi ke Everest pada 2014 membatalkan perjalanan.   

Tahun lalu, tercatat 102.000 orang dari seluruh dunia datang ke Nepal untuk ambil bagian dalam aktivitas penjelajahan dan mendaki gunung. Sebagian besar di antaranya pendaki gunung berpengalaman.

Wilayah Annapurna adalah daerah penjelajahan yang paling populer di negeri itu. Kondisi cuaca di Himalaya bisa kejam, tetapi kejadian pendaki tewas dalam badai salju hampir tak pernah terdengar. 

Peristiwa pada Selasa lalu tentu akan memukul industri pariwisata yang telah berhasil meningkatkan kesejahteraan warga Nepal itu.

Trekker Terluka Diselamatkan

Baburam Adhikari, pejabat tinggi pemerintah di Distrik Mustang, mengatakan 244 penjelajah menyeberangi Thorung La Pass dan tiba di Desa Muktinath pada Senin (13/10) dan Selasa (14/10). Tetapi, tidak ada informasi tentang berapa banyak penjelajah yang memulai perjalanan dari sisi lain, di Celah Phedi. “Kami tidak tahu berapa banyak yang hilang, tetapi ada kemungkinan memang ada yang hilang,” katanya. 

Lima orang, dua warga Slowakia dan tiga orang Nepal, juga dikabarkan hilang setelah terjadi salju longsor pada Selasa malam di dasar Gunung Dhaulagiri, gunung ketujuh tertinggi di dunia, kata polisi setempat.

Sementara itu, lima pendaki gunung, empat warga Kanada dan satu warga India, dilaporkan tewas di Distrik Manang, Selasa, dan mayat mereka ditemukan Rabu (15/10), menurut petugas polisi dari Distrik Manang, Narayan Datta Chapagain kepada CNN melalui telepon.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home