Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasto Prabowo 11:24 WIB | Rabu, 27 November 2013

BAIS Sadap Australia, Kemenhan dan TNI Bungkam

Selain laporan bahwa intelijen Australia menyadap pejabat Indonesia, muncul laporan lain bahwa ternyata intelijen Indonesia juga melakukan hal yang sama. (Foto : Istimewa)

SATUHARAPAN.COM - Sebuah media Australia, news.com.au  pada hari Senin 25 November lalu melaporkan bahwa Badan Intelijen Strategis Indonesia (BAIS) TNI melakukan penyadapan atas Australia. Operasi intelijen ini bekerjasama dengan China yang juga berkepentingan dalam hal Australia.  Penyadapan telepon seluler ini hanyalah sebagian kecil dari operasi intelijen yang mengincar diplomat Australia, perusahaan dan warga sipil. News.com.au mendapatkan laporan ini dari sebuah sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menolak berkomentar mengenai itu saat dihubungi melalui pesan singkat, Sjafrie meminta tudingan tersebut sebaiknya dikonfirmasi ke TNI langsung. "Sebaiknya tanya langsung ke Kapuspen (Kepala Pusat Penerangan) TNI," kata Sjafrie. Demikian dilaporkan oleh vivanews.

Hal senada juga disampaikan Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom) Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Brigadir Jenderal TNI Sisriadi. Menurutnya, hal itu di luar kewenangan Kementerian Pertahanan. "Saya kira kalau ditanyakan kepada Kepala BAIS (Kepala Badan Intelijen Strategis) akan lebih tepat," ujarnya singkat. Sementara Kapuspen TNI, Laksamana Muda (TNI) saat dikonfirmasi menjawab singkat. "Itu hanya dugaan-dugaan saja. Kami akan dalami dulu," ujarnya

Indonesia disebut memata-matai Kedutaan Besar (Kedubes) Australia di Jakarta dengan sebuah mobil van yang dilengkapi dengan teknologi pengintaian dan penyadapan dari  China. Kerjasama ini disebutkan adalah antara BAIS TNI dan Departemen III Tentara Pembebasan China (PLA) yang mempunyai tugas dan fungsi dalam hal intelijen dan perang cyber. Disebutkan, news.com.au  juga mengutip situs jurnal  Intelligence Online melaporkan  bahwa kerja sama spionase Indonesia-China disepakati pada kunjungan Commander-in-Chief of the People’s Liberation Army Air Force Jenderal Ma Xiaotian ke Jakarta, pada Maret 2011 lalu.  

Tidak seperti Australia, AS dan negara Barat lainnya, operasi intelijen yang dilakukan Indonesia dan China ini menggunakan model seperti operasi  KGB di era  Uni Soviet. Dilaporkan bahwa BAIS menggunakan metode saturasi yakni melakukan stake out atau mendekati dan mengikuti objek yang disadap untuk mengumpulkan informasi. Memang sangat konvensional, tapi metode ini sangat sulit diatasi. Cara mengatasinya haruslah dengan cara operasi kontra intelijen.

Jika laporan news.com.au ini benar, tampaknya intelijen Indonesia juga sudah mengetahui bahwa intelijen Australia melakukan operasi di Indonesia. Itu sebabnya, BAIS melakukan penyadapan di kedubes ini. Benar seperti seloroh Panglima TNI Jenderal Moeldoko Kamis 21 November 2013 lalu,” Wajar apabila aksi penyadapan itu dilakukan tanpa diketahui siapapun. Tidak wajar kalau ketahuan,".


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home