Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 15:03 WIB | Rabu, 10 Februari 2016

Banyak Berita Baik, Rupiah Dekati Rp 13.000 Per Dolar AS

Geliat perekonomian tampak dari bagaimana pekerja menyiapkan ikan sebelum lelang di Tempat Pelelangan Ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (22/1/2016). Pertumbuhan ekonomi kuartal keempat 2015 sebesar 5,04 persen memunculkan optimisme sehingga nilai tukar rupiah pada hari Rabu (10/2) mendekati Rp 13.000. (Foto: Antara Foto/Dedhez Anggara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu pagi bergerak menguat sebesar 73 poin menjadi Rp 13.538 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.611 per dolar AS.

Pergerakan ini disebabkan bermunculannya berita baik di sekitar perekonomian. "Nilai tukar rupiah masih mampu bergerak menguat terhadap dolar AS. Faktor positif mengenai perekonomian domestik masih menjadi alasan bagi performa rupiah yang lebih baik," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu

Menurut Rangga Cipta, faktor domestik yang positif itu akan menjaga nilai tukar rupiah dalam jangka menengah, namun dengan catatan harga minyak mentah tidak bergejolak yang akhirnya membuat kekhawatiran investor di pasar uang.

Salah satu berita baik ialah pertumbuhan ekonomi kuartal keempat 2015 sebesar 5,04 persen, yang melampaui perkiraaan pesimis banyak pengamat. Dengan pertumbuhan sebesar itu, ada harapan perekonomian di 2016 akan tumbuh lebih baik.

Rangga menambahkan bahwa angka penjualan mobil dan motor periode Januari 2016 saat ini sedang ditunggu kalangan pelaku pasar uang, sentimen itu bisa menjadi petunjuk tambahan mengenai prospek laju perekonomian Indonesia pada kuartal pertama 2016.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa dolar AS masih berada di bawah tekanan menantikan petunjuk dari Gubernur bank sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen mengenai arah kebijakan selanjutnya mengenai kenaikan suku bunga acuannya.

"Dolar AS telah melemah terhadap sebagian besar mata uang dunia dalam beberapa hari terakhir ini, sebagian pelaku pasar uang menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Fed tahun ini menjadi 30 persen," papar Ariston Tjendra.

Kalangan analis, lanjut dia, juga mulai memperhitungkan prospek bahwa Amerika Serikat akan mengikuti langkah bank sentral Eropa dan Jepang dalam mengadopsi tingkat suku bunga negatif jika perekonomian terus memburuk.

"Saat pasar pesimis terhadap kenaikan suku bunga AS, maka potensi mata uang di negara-negara berkembang berpotensi bergerak positif," katanya. (Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home