Ekonom UI: UMKM RI Tidak Cukup Siap Hadapi MEA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ekonom Universitas Indonesia, Eugenia Mardanugraha, menilai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia belum cukup siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang tengah berlangsung pada tahun ini.
Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI itu, ketidaksiapan UMKM Indonesia itu dikarenakan belum dibekalinya pengetahuan dasar ekonomi dan pengetahuan mengenai negara-negara ASEAN.
“UMKM Indonesia tidak cukup siap menghadapi MEA, karena belum cukup dibekali oleh pengetahuan dasar ekonomi, misalnya apa itu nilai tukar, bagaimana mengelola nilai tukar, dan sebagainya, termasuk pengetahuan mengenai negara-negara ASEAN,” kata Eugenia Mardanugraha dalam diskusi bersama redaksi satuharapan.com bertajuk “Proyeksi Ekonomi Makro 2016 dan Kesiapan UKM Menghadapi MEA” di Gedung Sinar Kasih, Jakarta, hari Rabu (10/2).
Namun UKM Indonesia, lanjut Eugenia, sebenarnya sudah biasa menghadapi persaingan produk luar negeri seperti dari Tiongkok sekalipun Tiongkok tetap merupakan kekuatan ekonomi terbesar dunia.
“Menurunnya ekonomi Tiongkok menurunkan peluang UKM Indonesia untuk melakukan ekspor ke Tiongkok. Demikian halnya dengan impor. Hal ini harus dipandang sebagai kesempatan untuk memperluas pangsa pasar di dalam negeri dan negara-negara ASEAN,” dia menambahkan.
Mantan Direktur UKM Center FEB UI itu mengatakan UKM memiliki peranan besar dalam perekonomian Indonesia. Menurut datanya, 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) disumbang dari sektor UMKM dan 98 persen tenaga kerja terserap di sektor UMKM.
“Namun tahun 2016, ketika MEA baru saja berlangsung, Indonesia mengalami persoalan di dalam negeri. Melemahnya nilai tukar dan penurunan ekspor, sangat berdampak pada kinerja UKM Indonesia,” katanya.
“Siap atau tidak siap MEA, UKM Indonesia harus menghadapi arus masuk barang dan jasa dari negara-negara ASEAN,” tegas Jeny, panggilan akrab peneliti yang pernah bekerja di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI itu.
Menurutnya, penting bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor, namun yang lebih penting adalah menurunkan impor. “Salah satu caranya adalah dengan membatasi membeli produk-produk impor, dan tidak menggunakan bahan baku impor. Hal ini yang belum disadari oleh UKM di Indonesia,” katanya.
Editor : Eben E. Siadari
BKSDA Titipkan 80 Buaya di Penangkaran Cianjur
CIANJUR, SATUHARAPAN.COM - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah I Bogor, mengakui 80 ek...