Loading...
RELIGI
Penulis: Eben E. Siadari 15:08 WIB | Sabtu, 22 Agustus 2015

Bishop GKPPD: Kita Harus Kompak Sikapi Pembakaran Gereja di Aceh

Terbakarnya gedung gereja GKPPD di Madumpang, Aceh, bukan kecelakaan biasa, tetapi diduga disengaja oleh sekelompok orang.
Bishop Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD), Pdt Elson Lingga, berada di lokasi gereja GKPPD yang terbakar di desa Madumpang, Singkil, Aceh (Foto: akun facebook Pdt Elson Lingga)

SINGKIL, SATUHARAPAN.COM - Terbakarnya rumah ibadah milik Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD) di desa Madumpang, Singkil, Nanggroe Aceh Darussalam, diduga bukan kecelakaan melainkan perbuatan sengaja oleh sekelompok orang. Dugaan itu didukung oleh beberapa fakta sebelum dan sesudah kejadian, yakni adanya jejak-jejak kaki serta rencong yang tertinggal di Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Dugaan ini dikemukakan oleh Bishop GKPPD, Pdt Elson Lingga, yang telah mengunjungi gereja dimaksud pada Selasa, 18 Agustus, pada hari terjadinya kebakaran.  “Yang jelas dari fakta lapangan berupa suara motor yang meraung di sekitar gereja pada saat itu. Jejak-jejak kaki, rencong yang tertinggal dll. Disamping itu, hanya dalam 20 menit semuanya telah habis, kami dan masyarakat setempat memastikan gereja benar-benar dibakar,” kata Pdt Elson Lingga melalui akun Facebooknya. Ia juga mengunggah foto dirinya di lokasi kebakaran.

“Kita harus kompak menyikapi pembakaran gereja GKPPD Mandumpang. Ini jadi pelajaran berharga menguji kepedulian kita,” kata Pdt Elson Lingga lewat akun Facebooknya. Satuharapan.com mencoba menghubungi pemimpin tertinggi GKPPD itu melalui ponselnya, namun Pdt Elson masih meminta waktu untuk memberikan jawaban. "Nanti akan kami respon ya," kata dia.

Sebagaimana telah diberitakan oleh satuharapan.com sebelumnya, gereja GKPPD di desa Madumpang, Singkil, terbakar pada sekitar pukul 1:00 dinihari pada Selasa, 18 Agustus lalu. Pendeta di gereja tersebut, Erde Bertu, menuliskan kronologi kebakaran di akun Facebook miliknya, lengkap dengan foto-foto. Menurut pendeta GKPPD yang bermukim di Singkil ini, peristiwa kebakaran pertama kali diketahui oleh salah seorang anggota jemaat, Kadbun Manik, yang tinggal di dekat gereja. Pada pukul 01:00 dini hari, ia mendengar suara deru api, dan ternyata sudah membubung tinggi.

Kadbun Manik kemudian membangunkan keluarganya, lalu segera keluar rumah dan meminta pertolongan. Ia berlari dan melaporkan kejadian kepada Kepala Desa Madumpang.

Sayangnya, setelah ia kembali ke tempat kejadian, gereja tersebut sudah rata dengan tanah.

Salah seorang tokoh Pakpak di Jakarta yang juga merupakan anggota majelis di salah satu gereja GKPPD di Jakarta, Jansen Sinamo, mengatakan pembakaran gereja Pakpak sudah merupakan peristiwa klasik di Singkil, yang sebagian besar penduduknya adalah etnis Pakpak. Padahal, menurut dia, desa Madumpang itu dapat dikatakan dihuni oleh mayoritas penduduk Kristen. Desa itu juga sudah lama menjadi tempat berdirinya gereja.

“Gereja di Singkil sezaman dengan gereja mula-mula di Kabupaten Simalungun (Sumut,Red). Nommensen yang mengutus Pdt JW Saragih ke Simalungun dan Pdt C. Simanjuntak ke Tanah Pakpak,” kata Jansen Sinamo, untuk menggambarkan bahwa tradisi kekristenan sudah lama di Singkil.

Jansen Sinamo menambahkan, demikian seringnya terjadi pembakaran gedung gereja GKPPD di Singkil sehingga masyarakat kerap menganggapnya sudah biasa. “Kalau dibakar, ya kita bangun lagi,” kata dia.

Menurut dia, pembakaran gereja mulai terjadi di Singkil pada era Soeharto, sedangkan sebelumnya tidak. "Di masa kami kecil, kami sudah sering mendengar berita bahwa gereja Pakpak di Singkil dibakar," kata dia.

Jansen Sinamo menduga peristiwa semacam ini berkaitan dengan kecemburuan sosial akibat kemajuan yang dicapai oleh masyarakat pendatang. Tiap kali gereja dianggap mencapai kemajuan yang melampaui batas, maka pembakaran gereja terjadi. Polisi memang sering menerima pengaduan tentang hal ini. Tetapi, kata Jansen, sangat jarang atau bahkan tidak pernah melakukan pengusutan dengan tuntas.

Jansen berharap, kebakaran di gereja GKPPD Singkil kali ini dapat dijadikan momentum untuk mengungkap para pelaku aksi anarkis dan intoleran itu. Menurut Jansen, dari segi budaya, adat-istiadat yang berlaku, serta etnis penduduknya, daerah Singkil dapat dikatakan merupakan daerah Pakpak juga. Hanya saja, karena mengikuti pembagian wilayah di zaman Belanda, hanya wilayah Dairi yang dimasukkan ke propinsi Sumatra Utara. Padahal, bila ditilik dari keberadaan etnis Pakpak di Singkil, kata Jansen, wilayah itu dapat dimasukkan pula ke wilayah Sumatra Utara.

Menurut Jansen, dirinya sudah berbicara dengan Bishop GKPPD, yang saat ini tengah mengumpulkan informasi tentang kejadian. Selanjutnya hal itu akan dibicarakan bersama-sama dengan pihak terkait, termasuk melaporkannya kepada Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home