Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Francisca Christy Rosana 20:43 WIB | Sabtu, 07 Februari 2015

Blusukan ke Kepulauan Seribu, Djarot Geram Banyak Pemborosan

Blusukan ke Kepulauan Seribu, Djarot Geram Banyak Pemborosan
Bangunan pemecah ombak di Pulau Karya, Kepulauan Seribu yang salah konsep. Bangunan ini menurut Wagub DKI lebih cocok disebut bendungan. (Foto-foto: Francisca Christy Rosana)
Blusukan ke Kepulauan Seribu, Djarot Geram Banyak Pemborosan
Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat saat mengunjungi Pulau Karya, Kepulauan Seribu.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Kepulauan Seribu adalah cermin pemborosan anggaran pembangunan daerah di masa lampau yang luar biasa. Boros betul. ”

Begitulah kalimat yang dilontarkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat seusai melakukan kunjungan kerjanya di wilayah Kepulauan Seribu pada Jumat (6/2) hingga Sabtu (7/2).

Dalam evaluasinya mengunjungi wilayah khusus tersebut, Djarot menemukan adanya bangunan-bangunan fisik di Kepulauan Seribu yang sebenarnya tidak ada manfaatnya.

Ketika tiba di Kelurahan Pulau Untung Jawa, Djarot menemukan ada beberapa bangunan dengan perencanaan yang tidak tepat, seperti pujasera, pagar bumi, dan dermaga yang hingga kini tak pernah dimanfaatkan.

Pujasera yang dibangun sejak 2008 dan selesai pada 2010 dengan biaya lebih dari Rp 6 miliar hingga kini dibiarkan ‘nganggur’. Bangunan itu bahkan tampak rusak tak terawat seperti bangunan angker.

Dermaga yang terletak di samping pujasera pun dibiarkan ‘nganggur’. Dermaga itu hanya digunakan untuk berlabuh kapal-kapal milik dinas perhubungan (Dishub). Djarot mengimbau agar dermaga juga dimanfaatkan oleh penduduk, tidak hanya ekslusif digunakan Dishub.

Sama halnya dengan dermaga, Djarot juga meminta agar pujasera dimanfaatkan untuk sentra perdagangan.

“Pedagang-pedagang dipusatkan di sini saja, dimanfaatkan dong, sudah dibangun masa nggak dimanfaatkan,” ujar Djarot.

Selain kedua bangunan tak berfungsi itu, pagar bumi yang menutupi bangunan kantor Dishub Untung Jawa juga dinilai tidak fungsional. Menurut Djarot, pagar bumi itu justru akan menghadirkan jurang pembatas antara pemerintah dan masyarakat.
“Bongkar saja, ganti dengan taman yang indah. Jangan menghadirkan jarak antara pemerintah dan masyarakat,” kata dia.

Selanjutnya di Pulau Karya, Djarot juga menemukan bangunan pemecah ombak yang tak sesuai.

“Ini bukan pemecah ombak kala bentuknya horizontal kayak gini. Pemecah ombak itu memanjang dari darat ke laut. Kalau kayak gini namanya bendungan. Untuk apa bangunan ini. Boros betul,” kata Djarot kepada awak media.

Menurut Djarot, banyak program yang sebetulnya tidak penting dan tidak perlu dilakukan di masa lalu. Selama ini, kata dia, pembangunan selalu top-down, tidak pernah melibatkan masyarakat.

“Harusnya mereka (pemerintah sebelumnya, Red) sebelum merencanakan program perlu diskusi sama warga pulau, sama perangkat di sini, sama bupati, sama camat, sama lurah. Dengan cara seperti itu pembangunan tepat pada sasaran, tidak seperti ini. Banyak sekali proyek-proyek dan kegiatan yang tidak jelas. Itu pemborosan luar biasa,” kata Djarot geram.

Seberapa besar pun  anggaran DKI, jika perencanaannya tidak tepat sasaran, Djarot menilai DKI tidak akan berubah menjadi lebih baik.  

Dari dua hari perjalanannya mengunjungi Kepulauan Seribu, Djarot menegaskan yang perlu ditingkatkan dari daerah tersebut ialah ketepatan perencanaan dan pelaksanaan program.

“Kita punya banyak anggaran dan semoga ke depan programnya benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat,” kata Djarot.

“Dari perjalanan ini kita ingin tunjukkan, kalau mau belajar bagaimana amburadulnya perencanaan di masa lalu, belajarlah dari Kepulauan Seribu,” kata Wagub kepada awak media.

Djarot kembali ke Jakarta pusat pada Sabtu (7/2) siang bersama rombongan menaiki kapal Hiu Lima milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home