Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:28 WIB | Kamis, 21 Mei 2015

BMKG Deteksi 32 Hotspot di Sumatera

Ilustrasi. Dokumen citra satelit MODIS pada awal Maret 2015 memantau sejumlah titik panas (hotspot, warna merah) di Riau, Sumatera. (Foto: Antara/nasa.gov)

PEKANBARU, SATUHARAPAN.COM – Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika  Stasiun Pekanbaru, menyatakan terdapat 32 titik panas atau "hotspot", sebagai indikasi awal kebakaran lahan dan hutan, terdeteksi Satelit Terra dan Aqua di Pulau Sumatera pada Kamis (21/5) pagi

"Sebagian besar sebaran titik panas terpusat di provinsi Riau dengan 18 titik, yang terdeteksi pada pukul 05.00 WIB," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru.

Ia menjelaskan, kabupaten dengan titik panas terbanyak adalah kabupaten Siak dan Pelalawan, dengan masing-masing tujuh dan enam titik panas. Sementara itu, lanjutnya, tiga kabupaten lainnya yakni kabupaten Indragiri Hilir dan Siak terdeteksi dua titik panas serta satu titik panas di kabupaten Kampar.

Selanjutnya, untuk tingkat keakuratan diatas 70 persen, atau yang mengindikasikan kemungkinan terdapat titik api, terdeteksi di Kabupaten Kampar dengan satu titik api.

Sementara itu, BMKG juga memprediksikan, arah angin secara umum dari arah Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan 5-10 knots atau 9-18 kilometer per jam.

Jumlah titik panas yang terdeteksi pada Kamis (21/5) ini,  merupakan jumlah yang terbanyak dalam dua pekan terakhir setelah pada beberapa pekan jumlah titik api cukup minim, bahkan nihil.

Selain itu, BMKG juga telah meminta pemerintah untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan, dan lahan atau kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang berpeluang terjadi saat musim kemarau melanda Provinsi Riau pada akhir bulan Mei ini.

"Mulai akhir Mei, Riau diprakirakan akan mulai kemarau hingga bulan September," kata Sugarin.

Ia mengatakan, pola arah angin pada bulan Mei akan berhembus dari Selatan ke Timur Laut dan Utara. Ini berarti saat kebakaran hutan dan lahan di Riau tidak ditangani secara cepat, lanjutnya, maka polusi asap dipastikan akan kembali mencapai negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

"Kalau sampai terjadi bencana asap akibat kebakaran, pasti mengarah ke negara tetangga," katanya.

Karena itu, Sugarin menilai keputusan pemerintah yang menetapkan status siaga darurat sangatlah tepat untuk segera melakukan langkah-langkah pencegahan.

"Sudah tepat kebijakannya, tinggal bagaimana nanti pemerintah mengeksekusinya dilapangan dan harus didukung semua pihak," katanya.(Ant)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home