Loading...
EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 19:24 WIB | Senin, 02 Februari 2015

BPS: Deflasi Sulit Berlanjut di Februari

Pekerja memasukkan garam ke dalam karung, di desa Badduri, Pademau, Pamekasan, Jawa Timur, Jumat (30/1). Pengolah menuding rendahnya harga garam rakyat dari Rp 700 ribu per ton menjadi Rp 400 ribu per ton pada November 2014 lalu akibat masuknya garam impor, padahal sisa stok garam musim olah 2014 yang terserap hanya sekitar 50 persen dari total produksi. (Foto: Antara/Saiful Bahri)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Pusat Statistik menyatakan masih tingginya harga makanan pokok seperti beras, telur, dan sejumlah komoditas lainnya menjadi ancaman untuk kembali terjadinya inflasi pada Februari 2015.

"Komoditas padi dan yang lainnya juga masih relatif tinggi. Kalau kita lihat indikatornya-kan harga beras masih relatif tinggi, itu akan terjadi di Februari," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi Dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Senin (2/2).

Sasmito secara umum memperkirakan deflasi yang terjadi pada Januari sulit berlanjut di Februari 2015.

Menurut dia, berkaca pada tren sebelumnya, musim panen yang dapat mendorong produksi dan pasokan pagi, sehingga dapat menurunkan harga beras, baru akan terjadi pada Maret.

Pada Januari 2015 saja, ujarnya, dari 82 kota yang disurvei, terjadi kenaikan harga beras di 76 kota dan menyumbang tingkat kenaikan indeks pengeluaran atau inflasi sebesar 0,07 persen.

Faktor lain yang membuat indeks pengeluaran tinggi pada Februari 2015, kata dia, adalah penurunan harga BBM yang belum ampuh menurunkan harga sejumlah komoditas.

Sebagai gambaran, beberapa komoditas yang harganya tetap naik dan menjadi penyumbang inflasi di beberapa kota pada Januari 2015 adalah daging ayam ras dengan sumbangan terhadap kenaikan indeks pengeluaran sebesar 0,09 persen, ikan segar 0,08 persen, telur ayam ras 0,07 persen, wortel 0,02 persen, dan bawang merah 0,02 persen.

Jika diakumulasikan ke dalam beberapa kelompok, indeks pengeluaran bahan makanan sebesar 0,60 persen, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,65 persen.

Kepala BPS Suryamin, dalam paparannya mengatakan seharusnya dengan penurunan harga BBM yang turunnya harga transportasi, pelaku pasar juga harus menurunkan harga komoditas makanan.

"Kita mungkin bisa melihat penyesuaiannya pada Februari nanti," ujar dia.

Selain indeks peneluaran untuk makanan, BPS mencatat tekanan terhadap inflasi juga timbul dari penurunan tarif angkutan dalam kota baru yang belum merata. Dari 82 kota yang disurvei BPS, baru 22 kota yang mengalami penurunan tarif angkutan dalam kota.

"Kalau itu bisa turun, hal itu akan menekan inflasi pada Februari supaya tidak terlalu besar," tutur Sasmito.

Namun, melihat catatan laju inflasi Februari pada beberapa tahun sebelumnya, Sasmito memperkirakan inflasi pada Februari akan berada di bawah 1 persen.

BPS mencatat hingga Januari 2015 tingkat inflasi inti (core inflation) sebesar 4,99 persen. Adapun secara tahun ke tahun (year on year) atau dibandingkan Januari 2014, laju inflasi tercatat 6,96 persen.

Pemerintah menetapkan target inflasi 5 persen dalam Rancangan APBN-Perubahan 2015. Sedangkan, Bank Indonesia mengarahkan inflasi di 4 persen plus minus 1 persen pada 2015. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home