Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 14:01 WIB | Kamis, 21 November 2019

Bumi Alami Oktober Terpanas Kedua dalam Sejarah

Ilustrasi. Krisis air bersih di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten meluas hingga 16 kecamatan akibat kemarau panjang yang menyebabkan air bawah tanah, seperti sumur, jetpump dan sumber mata air mengering. (Foto: Antara)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Suhu Bumi terus menghangat, membuat Oktober tahun ini menjadi bulan Oktober terpanas kedua dalam sejarah, ungkap laporan iklim global bulanan terbaru yang dikeluarkan oleh Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA).

Suhu rata-rata permukaan darat dan laut global untuk Oktober 2019 tercatat 0,98 derajat Celsius di atas rerata abad ke-20 dan menjadi suhu bulan Oktober tertinggi kedua dalam sejarah, setelah Oktober 2015, sebut laporan yang dirilis Senin (18/11) itu.

Oktober 2019 juga menjadi Oktober ke-43 berturut-turut dan bulan ke-418 berturut-turut yang mencatatkan suhu, setidaknya secara nominal, di atas rerata abad ke-20, memberikan bukti yang lebih solid tentang pemanasan global.

Cakupan es di Laut Arktik mencatatkan angka terkecil yang pernah tercatat di bulan Oktober, yakni 32,2 persen di bawah rerata 1981 hingga 2010, sedangkan suhu permukaan laut rerata dunia mencatatkan suhu terhangat kedua untuk 2019 sampai saat ini, menurut NOAA.

NOAA melaporkan bahwa Juli tahun ini menjadi bulan terpanas di Bumi dalam kurun 140 tahun dan kondisi tersebut "hampir sepenuhnya disebabkan oleh perubahan iklim" jika tanpa memperhitungkan faktor El Nino yang kuat.

Pada 5 November lalu, sebuah tim global yang terdiri dari 11.000 lebih ilmuwan dari 150 lebih negara mengumumkan status darurat iklim dan memperingatkan akan adanya ancaman katastrofe jika manusia gagal mengatasi krisis iklim. Seruan melalui berbagai unjuk rasa disuarakan setelah Amerika Serikat secara resmi memulai proses pengunduran diri dari Perjanjian Paris pada bulan ini, membuat AS menjadi satu-satunya negara di antara hampir 200 negara penanda tangan yang meninggalkan agenda global melawan perubahan iklim tersebut. (Xinhua)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home