Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 15:03 WIB | Senin, 17 Juni 2013

Buruh Tolak Kenaikan Harga BBM dan BLSM Dinilai Sebagai Politik Membodohi Rakyat

Buruh Tolak Kenaikan Harga BBM dan BLSM Dinilai Sebagai Politik Membodohi Rakyat
Buruh yang tergabung dalam Majelis Pekerja Indonesia (MPI) berunjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Senin 17/6 (foto-foto : Dedy Istanto)
Buruh Tolak Kenaikan Harga BBM dan BLSM Dinilai Sebagai Politik Membodohi Rakyat
Berbagai organisasi buruh se-Jabodatabek bergabung di depan Gedung DPR RI menolak kenaikan harga BBM.
Buruh Tolak Kenaikan Harga BBM dan BLSM Dinilai Sebagai Politik Membodohi Rakyat
Perempuan tidak ketinggalan ikut serta dalam aksi demo menolak kenaikan harga BBM.
Buruh Tolak Kenaikan Harga BBM dan BLSM Dinilai Sebagai Politik Membodohi Rakyat
Seorang peserta aksi berorasi menolak kenaikan harga BBM.
Buruh Tolak Kenaikan Harga BBM dan BLSM Dinilai Sebagai Politik Membodohi Rakyat
Demonstran melaksanakan sholat Dzuhur di sela-sela aksi.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Majelis Pekerja Indonesia (MPI) berunjuk rasa di depan gerbang Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Jakarta, Senin (17/6). Mereka menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Buruh yang ditargetkan berjumlah sepuluh ribu ini akan melakukan aksinya sampai dengan sore nanti untuk menunggu keputusan sidang paripurna DPR yang membahas APBN Perubahan, di mana kenaikan harga BBM termasuk yang akan diputuskan.

Dalam aksiitu, para buruh menuntut Pemerintah dan DPR-RI untuk membatalkan rencana kenaikan harga BBM, karena subsidi adalah hak rakyat. Mereka menuntut dihentikannya politik yang membodohi rakyat melalui program yang disebut sebagai Bantuan Langsung Sementara (BLSM).

Para buruh menuntut subsidi diberikan untuk perumahan buruh, transportasi publik, dan jaminan sosial, dan jaminan kesehatan. Mereka meminta pemerintah mengatasi keuangan dengan mengejar potensi pajak, serta menangkap, penjarakan koruptor dan, kembalikan uang negara. Juga mengembalikan kebijakan energi sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

Selain itu, disampaikan juga sepuluh alasan buruh menolak kenaikan BBM, yaitu Pemerintah boros, pangkas anggaran dinas pegawai, kenaikan harga BBM akan meningkatkan beban hidup sehari-hari, inflasi akan naik, pengangguran bertambah, usah kecil semakin terpukul, kemiskinan bertambah, BBM dikonsumsi masyarakat menengah, BLSM sarat kepentingan politik, aksi penolakan harga BBM buruh dan mahasiswa terus berlangsung di sejumlah daerah di Indonesia.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home