Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 12:23 WIB | Jumat, 25 April 2014

"Burung Shakespeare" Jadi Masalah Lingkungan di AS

Jalak Eropa yang berbiak pesat di Amerika Utara. (Foto: fcps.edu)

SATUHARAPAN.COM – Spesies asing (alien species) yang tidak terkontrol bisa menjadi masalah lingkungan dan ekonomi bagi suatu wilayah. Hal ini terjadi pada burung jalak (starling) Eropa yang diintroduksi ke Amerika Serikat sekitar 124 tahun lalu.

Burung yang nama ilmiahnya Sturnus vulgaris ini telah berkembang biak dan populasinya diperkirakan sampai 200 juta. Burung ini diperkirakan merugikan petani hingga US$1 miliar (Rp 11,4 triliun) per tahun.

Spesies asing, flora atau fauna, yang diintroduksi ke suatu daerah, sebagian bersifat invasif (Invasive Alien Species /IAS) dan bisa mengganggu atau mendesak spesies setempat.

Di Indonesia, misalnya, enceng gondok merupakan tanaman asing yang didatangkan dari Brasil pada akhir abad ke-19 dan telah menjadi tanaman rawa yang mengganggu. Sekarang berbagai upaya dilakukan untuk memanfaatkan tanaman ini agar tidak meluas secara masif.

Burung jalak Eropa yang terkenal karena disebut dalam drama Shakespeare dibawa ke AS pada  tahun 1890 oleh seorang imigran Jerman bernama Eugene Schieffelin. Dia berpikir akan menjadi ide bagus untuk memperkenalkan banyak burung Shakespeare  untuk Amerika Utara .

Menurut laporan BBC News, pada suatu musim dingin dia melepaskan 60 ekor jalak di Central Park, New York, dengan harapan mereka akan mulai berkembang biak. Dan sayangnya, mereka memang berkembang biak, dan pesat.

Namun situs allaboutbirds.org menyebut bahwa ada sekitar 100 ekor yang dilepas oleh pecinta burung ketika itu. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari keinginan mereka agar Amerika Serikat memiliki semua jenis burung yang pernah disebut Shakespeare dalam karyanya.

Di AS sekarang diperkirakan ada sekitar 200 juta jalak Eropa. Burung ini penampilannya gempal dan garang. Bulunya yang hitam dengan variasi coklat, dengan bercak warna biru, hijau, ungu dan keemasan, serta kicauannya, membuat jalak ini memang menarik. Namun jalak ini juga dikenal tukang berkelahi di antara buru. para ahli menyebutkan burung ini bisa berusia lima hingga 15 tahun.

Kecelakaan Pesawat

Dengan populasi itu, burung ini sekarang menjadi gangguan, dan salah satu dari beberapa jenis burung tidak dilindungi oleh hukum. "Dalam industri mereka (burung jalak Eropa) sering disebut peluru berbulu," kata Michael Begier, Koordinator Nasional untuk Departmen Pertanian AS  (USDA) pada program bahaya kehidupan liar di Bandar udara.

"Mereka menjadi masalah, karena terbang berbondong-bondong dalam jumlah yang sangat besar,” kata Begier. Itu berarti bisa mengganggu penerbangan. Lagipula tubuh jalak ini sangat padat dibandingkan dengan burung lain. Mereka sekitar 27 persen lebih padat daripada camar herring yang merupakan burung yang jauh lebih besar.

Kawanan jalak ini telah menjadi bencana pada 54 tahun lalu. Satu kawanan jalak menyerang pesawat dan efeknya dapat menghancurkan. Serangan pada  tahun 1960 itu merupakan serangan burung paling mematikan dalam sejarah penerbangan AS.

Burung-burung jalak terbang ke arah mesin pesawat ketika lepas landas di Logan Airport, Boston. Akibatnya pesawat itu menabrak pelabuhan, menyebabkan 62 orang di dalam pesawat meninggal.

Kerugian Pertanian

Burung jalak ini juga menjadi penyebab kerugian pertanian di AS hingga sekitar US$ 1 miliar (Rp 11,4 triliun) per tahun akibat kerusakan tanaman oleh perilakuknya. Kerugian terbesar terutama pada produksi buah-buahan.

Seperti disebutkan BBC News, mereka juga dapat menyebabkan produksi susu di negara itu turun. Peternak sapi perah menuduh jalak-jalak ini suka mencuri gandum yang biasanya diberikan untuk pakan bagi sapi-sapi mereka.

"Yang membuat jalak sangat berbahaya adalah mereka memilih biji-bijian berkualitas terbaik, yang menyebabkan penurunan kualitas susu sapi, karena tidak mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan," kata George Linz, penelitian biologi satwa liar di USDA National Wildlife Research Center. Namun sering petani tidak menyadari apa yang terjadi.

Jalak Eropa ini juga menjadi pesaing bagi beberapa jenis burung lokal. Jalak ini bersarang di dalam lubang pohon. Tempat seperti itu memberikan lingkungan paling aman untuk bertelur, karena mereka umumnya tidak dapat diakses oleh predator.

"Tapi tidak ada banyak lubang di pohon, sehingga persaingannya sangat ketat," kata Kevin McGowan dari Laboratorium Ornithologi di  Universitas Cornell. "Dan jalak Eropa adalah pesaing yang kuat. Mereka bertubuh kecil, sekitar setengah ukuran kepalan tangan, berat badannya setengah lebih banyak dibandingkan burung lain… dan tampaknya semua otot.”

Para ilmuwan mengatakan ada korelasi antara meningkatnya jumlah jalak dan penurunan spesies asli seperti burung pelatuk berkepala merah, ungu martin dan bluebird. Jenis ini adalah yang  tersisih dalam persaingan dengan jalak, khususnya untuk mendapatkan sarang.

Tapi mereka tidak sepenuhnya yakin bahwa jalak adalah penyebabnya, sebab jumlah Jalak juga sempat menurun sedikit, walaupun tidak cukup signifikan untuk menunjukkan perbedaan dalam dampak mereka terhadap lingkungan.

Pada tahun 2012, angka terbaru yang tersedia, USDA membunuh hampir 1,5 juta ekor jalak dengan cara menembak dan menangkap dengan perangkap. "Tapi saya akan mengatakan bahwa upaya kami efeknya nol pada populasi secara keseluruhan," kata Linz.

Jalak Eropa merupakan spesies asing di AS dan bersifat invasif, sehingga menimbulkan sejumlah masalah. Namun mereka memang burung yang “keren”, karena bulunya yang indah dan kicauannya menarik, sehingga Shakespeare berulang kali menyebutnya, dan sejumlah pecinta burung di abad ke-19 banyak yang kepincut.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home