Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 18:27 WIB | Jumat, 20 Januari 2017

Delegasi Muslim Indonesia Temui Presiden Israel

Profesor Istibsjaroh (duduk kiri) dan Presiden Israel Reuven Rivlin (duduk kanan) dalam pertemuan di Yerusalem, 13 Januari 2017. (Foto: timeofisrael.com/Mark Neiman / GPO)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Presiden Israel, Reuven Rivlin, menerima delegasi pemimpin Muslim Indonesia yang mengunjungi Israel atas prakarsa dari Australia/Israel and Jewish Affairs Council (AIJAC).

Seperti dilansir dari timeofisrael.com, foto bersama antara Presiden Israel dengan delegasi pemimpin Muslim Indonesia, termasuk di antaranya Profesor Istibsjaroh sebagai anggota MUI Pusat, dilaksanakan hari Jumat pekan lalu, 13 Januari 2017 di kediaman Rivlin, di Yerusalem.

Mereka berbicara tentang hubungan Muslim-Yahudi di Israel, kata juru bicara Presiden Rivlin seperti dilansir dari media Israel itu hari Rabu (18/1).

"Saya meyakinkan Anda bahwa di Yerusalem, kota Allah, semua orang bisa beribadah sesuai dengan keyakinannya, dan Israel akan terus membela hak ini - tidak peduli dikatakan propaganda anti-Israel. Propaganda hanya datang untuk mencoba dan memprovokasi dunia Islam terhadap Israel," kata Rivlin.

Presiden Israel juga berbicara tentang harapannya untuk kerja sama yang lebih besar dan interaksi antara Israel dan Indonesia.

Berbicara atas nama delegasi, Profesor Istibsjaroh mengatakan, "Ini adalah sebuah kehormatan untuk berada di sini, sebagai Dosen Perguruan Tinggi, sebagai ketua di Majelis Ulama Indonesia, dan sebagai mantan senator Republik Indonesia.”

“Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, dan terbang dari satu sisi ke sisi lain dapat memakan waktu sepuluh jam. Meskipun ada banyak agama dan budaya yang berbeda, mereka semua satu sebagai warga negara Indonesia," dia menambahkan.

Sementara itu, kunjungan itu mendapat kecaman dari internal Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sejumlah pihak di Indonesia.

Perbaiki Perspektif

Yahudi Israel terus meningkatkan upaya komunikasi intensif dan berkelanjutan dengan Muslim Indonesia untuk menjelaskan sisi kehidupan keseharian masyarakat Israel yang sebenarnya religius dan tidak identik dengan peperangan. Masyarakat dunia menilai Israel identik dengan penindasan dan kekejaman. 

“Itu penilaian dari kacamata politik, tapi sebenarnya dalam keseharian warga Israel adalah masyarakat yang taat beragama. Mayoritas penduduk beragama Yahudi dan 17 persen beragama Islam. Nabi Ibrahim juga merupakan bapak umat Yahudi sebagaimana juga bapak para nabi di Islam. Jadi, banyak kesamaan untuk bersatu,” ujar Jeremy Jones, Koordinator Australia Israel Jewish Affairs Council (AIJAC) saat menemui pengurus PWNU Jateng, hari Minggu (6/11/2016).

Kedatangannya diterima Ketua PWNU Jateng Dr Abu Hapsin PhD, juga Wakil Ketua Rais Suriah Drs HM Adnan MA, Wakil Katib Dr Imam Taufik, Wakil Ketua Dr Najahan Musyafak MA, Sekretaris PWNU Drs H Arja Imroni. Kedatangannya menemui komunitas muslim Indonesia termasuk dengan jajaran PWNU Jateng, mengemban misi sosialisasi terkait tradisi, budaya dan kehidupan keagamaan Yahudi di Israel. Jeremy menjelaskan, kehidupan keagamaan berjalan damai dan membenci peperangan.

Hanya saja terkait Yerusalem sebagai kota suci, dasarnya keyakinan yang dianut dalam agama Yahudi di samping aspek kesejarahan. "Bila kehilangan Jerusalem, menurut keyakinan tersebut sama artinya kehilangan Israel sebagai negara. Sebagaimana Arab memiliki Makah dan Madinahi,” katanya.

Jeremy Jones mengaku selama ini kesulitan memahamkan tentang kehidupan warga yahudi Israel kepada masyarakat dunia. Termasuk di Indonesia yang penduduk muslimnya terbesar di dunia. 

Yahudi Israel berharap dapat menjalin komunikasi saling memahami dengan Muslim Indonesia yang pengaruhnya diperhitungkan dunia karena memiliki karakteristik tersendiri dalam budaya dan agama.

Ketua PWNU Jateng Dr Abu Hapsin menegaskan, kunjungan Jeremy Jason ini sangat berharga bagi Muslim Indonesia untuk mengetahui lebih jauh dan orisinil tentang kehidupan Yahudi Israel. Abu Hapsin mengakui selama ini pemahaman masyarakat Indonesia terhadap Israel masih didominasi dari kacamata politik.

Diharapkan semakin terjalinnya komunikasi dari sisi keagamaan antara Indonesia dan Israel dapat  memberi dampak positif sebagai jalan dibukanya hubungan diplomatik kedua negara. Apalagi langkah tersebut sudah diawali Almarhum Gus Dur yang pernah mengunjungi Israel untuk misi agama. Dilanjutkan sejumlah tokoh agama Indonesia juga lawatan serupa. Misi tersebut akan dilanjutkan lagi pada Januari 2017 yang satu diantaranya dari PWNU Jateng. 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home