Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 06:18 WIB | Jumat, 06 November 2020

Dolar Melemah di Tengah Kemungkinan Joe Biden Menang

Nilai tukar yen Jepang terhadap dolar AS (kiri) dan potret Presiden AS Donald Trump (kanan) dan kandidat Demokrat Joe Biden, di sebuah perusahaan perdagangan valuta asing di Tokyo pada hari Kamis (5/11/2020. (Foto: AFP)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Dolar AS turun pada hari ketiga ke level terendah dalam lebih dari dua tahun, karena Joe Biden terlihat semakin mungkin untuk memenangkan pemilihan presiden dan para pedagang bersiap untuk keputusan kebijakan Federal Reserve.

Indeks Spot Dolar Bloomberg turun sebanyak satu persen ke level terendah sejak Mei 2018. Itu terjadi saat euro menguat 1,1 persen, dan yen menguat melewati 104 per dolar, level resistensi sejak tahun 2016 yang sempat ditembus akibat dipicu oleh pandemi yang menimbulkan kepanikan pasar di bulan Maret.

"Dolar telah merosot sebagai akibat dari meningkatnya kemungkinan kemenangan Biden," kata Sonja Marten, ahli strategi mata uang di DZ Bank AG. "Untuk saat ini, dolar diperdagangkan sebagai tempat berlindung yang aman dan prospek bahwa kita akan mendapatkan hasil pemilu yang jelas lebih cepat dari yang dikhawatirkan beberapa orang saat ini yang tercermin dalam meningkatnya risiko, dan karenanya dolar lebih lemah."

Investor telah bersiap untuk penurunan dari kemenangan Biden yang dapat membuka jalan bagi lebih banyak stimulus. Tetapi kemungkinan paket fiskal yang besar meredup di bawah kemungkinan Kongres yang terpecah, dengan Partai Republik tetap mengontrol Senat. Hasil seperti itu dapat mendorong The Fed, yang mengumumkan keputusannya untuk mengambil langkah yang lebih dovish.

Ketua The Fed, Jerome Powell, “mungkin akan terus memperkuat gagasan bahwa Fed siap untuk menambah stimulus jika diperlukan, kata Alvise Marino, ahli strategi valuta asing di Credit Suisse Group AG. “Tapi komentar tambahan apa pun di sini akan membuatnya berisiko dipandang sebagai politisasi. Dan kebijakan moneter sudah berada di tempat yang sulit.

Kurangnya stimulus fiskal yang kuat kemungkinan besar akan mengarah pada cakupan ekspansi kebijakan Fed saat ini sebagai lawan dari penambahan instrumen moneter baru, kata Marino.

Greenback yang lebih lemah bisa melihat dolar-yen turun ke level 102 atau 103 pada akhir tahun, dan di bawah 100 di akhir tahun 2021, menurut ahli strategi JPMorgan Chase & Co. Tohru Sasaki.

Kebijakan moneter Fed akan mendorong dolar lebih rendah, sementara yen cenderung menguat selama masa kepresidenan Demokrat, kata Sasaki. Penurunan ketegangan perdagangan dengan China di bawah pemerintahan Biden juga dapat mengurangi permintaan dolar sebagai tempat berlindung, katanya. (Bloomberg)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home