Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 10:31 WIB | Jumat, 13 Maret 2015

Dolar Mulai Berhenti Menanjak, Rupiah Belum Aman

Masih ada kekhawatiran di pasar seputar pelemahan nilai tukar rupiah dan berita hasil `stress test` beberapa bank di Indonesia yang berpotensi menghambat penguatan tersebut.
Sebuah grafik harian yang menggambarkan nilai tukar dolar AS yang terus menanjak terhadap euro. (Foto:forexcrunch.com)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Saham-saham di Wall Street menghentikan penurunan dua hari berturut-turut pada Kamis (Jumat pagi WIB), melonjak setelah bank-bank besar AS lolos uji ketahanan atau "stress test" oleh Federal Reserve dan dolar mulai berhenti menanjak setelah mencapai rekor tertinggi dalam 12 tahun.

Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 259,83 poin (1,47 persen) menjadi berakhir pada 17.895,22.

Indeks berbasis luas S&P 500 menguat 25,71 poin (1,26 persen) menjadi ditutup pada 2.065,95, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq naik 43,35 poin (0,89 persen) menjadi 4.893,29.

Anggota Dow, JPMorgan Chase dan Goldman Sachs serta bank-bank besar lainnya naik tajam setelah kajian uji ketahanan Fed memberi lampu hijau untuk meningkatkan dividen dan pembelian kembali saham.

Sementara itu dolar AS turun moderat setelah mencapai setinggi 12 tahun pada Rabu. Meskipun turun, para investor ekuitas masih khawatir greenback yang kuat akan menghambat ekspor AS, kata Mace Blicksilver, direktur Marblehead Asset Management.

"Mengapa menikmati reli di sini ... tapi saya tidak berpikir kita akan melihat level tertinggi baru dalam waktu dekat," kata dia.

Di Jakarta, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka menguat sebesar 18,10 poin didorong pelaku pasar saham yang kembali aktif melakukan aksi beli setelah mengalami konsolidasi pelemahan.

IHSG BEI dibuka naik 18,10 poin atau 0,33 persen menjadi 5.457,93, dan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 4,57 poin (0,48 ersen) ke level 949,62.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan penguatan IHSG BEI pada akhir pekan ini (13/3) salah satunya ditopang oleh sebagian pelaku pasar saham yang memanfaatkan saham-saham di dalam negeri yang telah terkoreksi.

"IHSG BEI sempat masuk dalam fase konsolidasi dengan kecenderungan melemah pasca menyentuh poin tertinggi pada 6 Maret 2015 lalu di posisi 5.514 poin, indeks BEI yang sempat melemah mendorong pelaku pasar kembali mengakumulasi saham," kata Reza.

Selain itu, lanjut dia, bursa saham di kawasan Asia juga bergerak menguat sehingga menambah sentimen positif bagi pasar saham domestik. Diharapkan sinyal positif yang terjadi saat ini menopang kenaikan IHSG lebih lanjut.

Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi menambahkan meski rupiah masih dalam tren pelemahan, IHSG masih mampu melanjutkan penguatan.

"Meski demikian, masih adanya kekhawatiran di pasar seputar pelemahan nilai tukar rupiah dan berita hasil `stress test` beberapa bank di Indonesia berpotensi menghambat penguatan tersebut," kata Akhmad Nurcahyadi.

Dari Tokyo dilaporkan bursa saham Tokyo dibuka 0,68 persen lebih tinggi pada Jumat, menembus tingkat 19.000, menyusul reli di Wall Street.

Indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo naik 128,47 poin menjadi 19.119,58 di awal perdagangan.

Dari Hong Kong dilaporkan saham-saham sedikit lebih tinggi pada pembukaan perdagangan Jumat, menyusul lonjakan di Wall Street setelah angka penjualan ritel AS yang lemah, yang mengurangi kekhawatiran tentang kemungkinan kenaikan suku bunga musim panas ini.

Indeks acuan Hang Seng naik tipis 11,01 poin menjadi 23.808,97.(AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home