Dubes RI Prihatin Benny Wenda Bicara di Kampus Selandia Baru
WELLINGTON, SATUHARAPAN.COM - Kehadiran Juru Bicara United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) di Selandia Baru bulan Mei lalu tampaknya mendatangkan keprihatinan bagi Duta Besar Indonesia untuk negara itu, Tantowi Yahya.
Selandia Baru selama ini memang dikenal sebagai tempat bermukim sejumlah pendukung dan simpatisan ULMWP, organisasi payung bagi kelompok-kelompok masyarakat Papua yang memperjuangkan penentuan nasib sendiri atau referendum.
Baca Juga |
Dalam kunjungannya yang terakhir, Benny Wenda tak hanya berbicara di beberapa kampus di negara itu, tetapi ia juga menerima deklarasi dukungan bagi perjuangan ULMWP dari sedikitnya sembilan anggota parlemen, yang dipelopori oleh anggota parlemen dari Partai Hijau, Chatherine Delahunty.
Tantowi Yahya, dalam kunjungan ke Victoria University of Wellington (VUW), menyampaikan keprihatinannya atas penggunaan beberapa kampus, termasuk VUW oleh apa yang ia sebut sebagai Kelompok Separatis Papua. Dalam pembicaraan dengan Prof. Grant Guilford, Vice Chancellor (Rektor di Indonesia) VUW pada 21 Juni lalu, Tantowi menyampaikan keprihatinan dengan merujuk pada penyelenggaraan "public event" Benny Wenda di lingkungan VUW pada bulan Mei lalu.
Menurut Tantowi, tujuan kegiatan tersebut semata-mata untuk kampanye separatisme Papua dari NKRI. Kampus, lanjut dia, seyogianya tidak dijadikan sebagai ajang kegiatan politik dan kampanye separatisme. Ia juga mengatakan bahwa Benny Wenda dalam aktivitasnya banyak menyampaikan kebohongan mengenai situasi sebenarnya di Papua.
â"Papua telah menjadi bagian dari Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda dan separatis Free Papua Benny Wenda, adalah buronan yang sebenarnya tidak berhak berbicara atas nama masyarakat Papua," ujar Tantowi Yahya, dikutip dari siaran pers KBRI Wellington yang disiarkan oleh laman resmi Kemenlu RI.
Keprihatinan Tantowi Yahya mendapat jawaban dari Prof. Grant Guilford. Ia menegaskan bahwa kampus VUW tidak mendukung gerakan separatisme Papua. Hanya ada satu atau dua orang dari VUW atas nama pribadi yang bersimpati kepada gerakan tersebut.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa sesuai Undang-undang Pendidikan Selandia Baru, kampus tidak bisa melarang kebebasan civitas akademika universitas dalam menyampaikan pendapatnya (academic freedom). Rektor Victoria University menekankan tidak ada dukungan kampus VUW secara kelembagaan kepada gerakan separatis Papua.
Pada bagian lain percakapan mereka, Tantowi menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Victoria University of Wellington yang telah memberikan kesempatan pengajaran gamelan di New Zealand School of Music (NZSM), VUW sejak tahun 1970-an. Sampai saat ini pengajaran gamelan tersebut masuk kurikulum New Zealand School of Music (NZSM).
Kepada Prof. Grant Guilford Tantowi juga menyinggung mengenai Indonesia sebagai salah satu pasar potential untuk sumber mahasiswa bagi industri pendidikan Selandia Baru khususnya VUW. "Di masa mendatang permintaan kaum muda Indonesia untuk melakukan studi ke luar negeri dan menjadi global citizen akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan pembangunan Indonesia yang berpenduduk sekitar 251 juta", kata Tantowi.
Menurut siaran pers KBRI, Victoria University of Wellington merupakan salah satu dari 8 (delapan) universitas negeri Selandia Baru yang semakin giat menjajaki kerjasama pendidikan dengan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Indonesia. Saat ini VUW telah memiliki kerjasama dengan UI, UGM, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP),capacity building Polri.
Editor : Eben E. Siadari
Partai Oposisi Korea Selatan Ajukan Mosi Pemecatan Presiden ...
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Partai-partai oposisi Korea Selatan, hari Rabu (4/12), mengajukan mosi untuk ...