Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 23:38 WIB | Senin, 12 September 2016

Duterte Minta Penasihat Militer AS Tinggalkan Filipina

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (Foto: AFP)

MANILA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyerukan agar AS  menarik penasihat militernya yang masih tersisa di Filipina dan  memperingatkan bahwa kehadiran mereka di sebuah pulau selatan negara itu akan membuat mereka menjadi target yang berharga bagi kelompok militan Abu Sayyaf.

Pernyataan Duterte ini diperkirakan akan memperumit hubungan yang sudah berduri dengan pemerintahan Obama yang pekan lalu membatalkan pertemuan dengan Duterte di sela-sela KTT ASEAN di Laos.

Sebelumnya Duterte telah mendatangkan kemarahan dari pihak AS karena menyebut Obama bajingan dan mencerca AS sebagai kolonialis Filipina.

"Selama kita tinggal bersama orang Amerika, kita tidak akan pernah memiliki damai," kata Duterte pada hari Senin saat upacara pelantikan pejabat publik di Manila.

Dia juga memperingatkan bahwa kehadiran personel AS di Filipina berisiko merusak upaya untuk melacak anggota Abu Sayyaf, yang oleh pakar keamanan diperkirakan berjumlah sekitar 300 pejuang.

Abu Sayyaf akan membunuh orang Amerika, kata Duterte. "Mereka akan mencoba menculik mereka untuk tebusan," kata di, sebagaimana dilansir dari The Wall Street Journal.

Komentar Duterte telah memicu kritik dari politisi Filipina lainnya.

Senator Antonio Trillanes IV, seorang mantan perwira Angkatan Laut, mengatakan Duterte membiarkan emosi memperkeruh penilaiannya.

"Presiden Duterte yang bias pada sikap anti AS seharusnya tidak menjadi dasar merajut ulang kebijakan keamanan kita, "kata  Trillanes dalam sebuah pernyataan.

"Pasukan operasi khusus AS telah berperan dalam pengembangan dan peningkatan efektivitas (Angkatan Bersenjata Filipina) kita," tambah dia.

Belum ada komentar dari Kedubes AS atas seruan ini.

Para pejabat militer Filipina juga tidak bisa dihubungi untuk memberikan komentar.

Pasukan AS telah ditempatkan di Filipina selatan sejak tahun 2002, yang bertugas melatih dan memberi nasihat dalam kampanye melawan Abu Sayyaf, sebuah afiliasi dari al Qaeda yang telah mendapatkan reputasi mengerikan untuk penculikan dan pemenggalan orang-orang Barat.

Baru-baru ini kelompok itu telah menyatakan kesetiaan kepada ISIS. Abu Sayyaf mengatakan pendukungnya bertanggung jawab atas pemboman di Kota Davao awal bulan ini yang menewaskan 14 orang. Duterte sebelumnya menjabat sebagai walikota Davao City.

Pada puncaknya, operasi AS-Filipina melibatkan lebih dari 1.000 orang Amerika sebelum secara resmi berakhir pada tahun 2015. Namun beberapa penasihat dan tim teknis masih dipertahanakan.

Pernyataan Duterte menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang hubungan antara AS dan Filipina,  salah satu sekutu terkuat AS di kawasan Asia-Pasifik.

Duterte mengatakan hubungan dekat dengan AS memang penting, tapi ia juga bersikeras meminta AS untuk menjelaskan apa yang ia lihat sebagai ekses masa lalu.

Pada hari Senin, sebelum ia menyerukan pasukan AS yang tersisa untuk meninggalkan Filipina, ia menampilkan gambar dari awal abad 20 yang menunjukkan tentara Amerika berdiri di atas kuburan massal kaum Muslim di Filipina selatan selama kampanye panjang AS untuk menenangkan daerah itu setelah perang Amerika-Spanyol.

Juru bicara Duterte, Ernesto Abella, kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa pernyataan Presiden Filipina  ditujukan untuk menekankan bagaimana negara ini sekarang mencoba untuk merumuskan kebijakan luar negeri yang independen. 

Abella juga mengatakan Duterte ingin AS untuk menebus apa yang ia lihat sebagai ketidakadilan yang dialami Muslim Filipina di Filipina selatan, yang menurut Duterte merupakan salah satu akar dari pemberontakan yang terus-menerus timbul.

"Sikap membisu AS tentang masalahini,  tidak sejalan dengan posisi moral negara itu, dibandingkan dengan tindakan yang diambil Jerman di masa lalu  yang mengakui perbuatannya dan membuat perdamaian dengan korban Holocaust, dan Jepang, yang membuat reparasi atas kekejaman yang mereka lakukan terhadap masyarakat di daerah taklukan mereka," kata Mr Abella.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home