Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 10:04 WIB | Rabu, 29 November 2023

Gencatan Senjata Israel-Hamas Diperpanjang, Setidaknya 20 Sandera Lagi Dibebaskan

Warga Palestina menjual sayuran di depan bangunan yang hancur di Kota Gaza pada hari Senin, 27 November 2023. (Foto: AFP/Omar El-Qattaa)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Israel dan Hamas sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata sementara di Jalur Gaza selama dua hari pada hari Senin, Qatar dan Amerika Serikat mengonfirmasi hal tersebut, kemungkinan membuka jalan bagi pembebasan sekitar 20 orang lagi yang disandera oleh kelompok teror Palestina.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, mengatakan pada X pada hari Senin (28/11) malam bahwa kedua pihak telah mencapai kesepakatan untuk memperpanjang jeda selama dua hari tambahan.

Gencatan senjata diperpanjang “untuk memberikan bantuan tambahan ke Jalur Gaza, dan membebaskan sebanyak mungkin sandera dan tahanan,” kata kementerian tersebut.

Seorang pejabat Gedung Putih mengkonfirmasi perjanjian tersebut, namun belum ada pernyataan langsung dari Israel.

Pada Senin malam, juru bicara IDF, Daniel Hagari, mengatakan bahwa perpanjangan gencatan senjata sementara belum final: “Kami mengatur kesepakatan melalui mediator sepanjang waktu. Tidak ada yang final sampai benar-benar terjadi,” katanya. “Segala sesuatunya mengalami kemajuan, malam ini juga, tetapi dibutuhkan kesabaran.”

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, mengatakan Hamas telah setuju untuk membebaskan 20 sandera selama dua hari, dan upaya sedang dilakukan untuk memperpanjang jeda tersebut.

Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka setuju untuk melanjutkan penghentian pertempuran, “dengan kondisi yang sama seperti gencatan senjata sebelumnya.”

Berdasarkan perjanjian gencatan senjata awal, yang akan berakhir pada Selasa pagi, Israel setuju untuk menghentikan pemboman Gaza selama empat hari, dan mengatakan akan membebaskan tiga tahanan keamanan Palestina untuk masing-masing 50 sandera yang dibebaskan dari Gaza.

Sejak hari Jumat (24/11), 39 warga Israel dan 117 warga Palestina telah dibebaskan, dengan 11 sandera Israel lainnya dan 33 warga Palestina dibebaskan pada Senin (27/11) malam.

Sebagai hasil dari negosiasi paralel yang dipimpin oleh Qatar, 17 warga Thailand, satu warga Filipina, dan satu warga negara ganda Rusia-Israel juga telah dibebaskan oleh Hamas.

Para pejabat Mesir sebelumnya mengatakan kemungkinan perpanjangan empat hari sedang dalam pembahasan, namun diperumit oleh kekerasan di Tepi Barat.

Kabar perpanjangan tersebut kemungkinan akan meningkatkan harapan bagi keluarga dari sekitar 175 warga Israel dan orang asing yang masih ditahan di Gaza, termasuk Kfir Bibas, yang berusia sembilan bulan ketika ditangkap, bersama dengan orang tuanya dan saudara laki-lakinya yang berusia empat tahun dari Kibbutz Nir Oz pada tanggal 7 Oktober. Hari itu teroris Hamas berdatangan ke Israel selatan, di mana mereka membantai sekitar 1.200 orang dan menawan 240 orang.

Perpanjangan perjanjian ini terjadi beberapa jam setelah Israel tampaknya menolak keras daftar awal sandera untuk pembebasan hari Senin, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa perjanjian tersebut dapat dibatalkan beberapa hari setelah hampir berantakan pada hari Sabtu.

Menurut Kirby, Presiden AS Joe Biden membahas perpanjangan jeda tersebut dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Minggu.

Israel Tolak Gencatan Senjata Jangka Panjang

Israel mengatakan pihaknya terbuka untuk memperpanjang masa tenang selama setidaknya 10 sandera dibebaskan setiap hari, dan mengindikasikan bahwa pihaknya mungkin terus membebaskan tahanan Palestina.

Namun, Yerusalem menolak seruan Qatar dan negara lain untuk melakukan gencatan senjata jangka panjang, dan para pejabat bersikeras bahwa militer pada akhirnya akan melanjutkan serangan hukumannya yang bertujuan untuk menggulingkan kelompok teror Hamas.

Israel akan melanjutkan operasinya dengan “kekuatan penuh” segera setelah kesepakatan saat ini berakhir, jika Hamas tidak menyetujui pembebasan sandera lebih lanjut, dengan tujuan melenyapkan kelompok tersebut dan membebaskan tawanan lainnya, kata juru bicara pemerintah, Eylon Levy kepada wartawan sebelumnya, hari Senin.

Menurut PBB, gencatan senjata tersebut memungkinkan peningkatan pengiriman makanan, air dan obat-obatan ke volume terbesar sejak dimulainya perang. Namun jumlah truk yang dikirimkan sebanyak 160 hingga 200 truk per hari masih kurang dari setengah jumlah yang diimpor dari Gaza sebelum terjadinya pertempuran, bahkan ketika kebutuhan kemanusiaan meningkat.

Amani Taha, seorang janda dan ibu dari tiga anak yang meninggalkan Gaza utara untuk tinggal bersama keluarga angkat di kota Rafah di selatan, mengatakan dia hanya berhasil mendapatkan satu makanan kaleng dari pusat distribusi PBB sejak jeda dimulai.

Dia mengatakan kerumunan orang telah membanjiri pasar-pasar lokal dan pompa bensin ketika orang-orang mencoba untuk membeli kebutuhan pokok. “Orang-orang putus asa dan keluar untuk membeli kapan pun mereka bisa,” katanya. “Mereka sangat khawatir perang akan kembali terjadi.” (ToI/ dan Kantor Berita)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home