Loading...
INDONESIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 00:48 WIB | Rabu, 27 Mei 2015

Gender Watch Dorong Masyarakat Terbuka Bicara Masalah Perempuan

Gender Watch Dorong Masyarakat Terbuka Bicara Masalah Perempuan
Warga Bidara Cina Jakarta Timur sedang menggambar peta Kelurahan Bidara Cina, Selasa (26/5). (Foto-foto: Diah A.R)
Gender Watch Dorong Masyarakat Terbuka Bicara Masalah Perempuan
Daftar masalah perempuan yang disepakati oleh warga Bidara Cina.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Aktivis Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif Perempuan (Institut KAPAL Perempuan) Budhis Utami menjelaskan bahwa program Gender Watch yang saat ini sudah memasuki tahap pertama penerapan lima alat penggalian data untuk perempuan miskin akan membuat masyarakat lebih berani untuk berbicara mengenai masalah perempuan.

Misalnya adalah dalam pemetaan masalah perempuan ada satu masalah yang tidak muncul seperti prostitusi. Budhis mengatakan bahwa sebenarnya saat melakukan transek (penelusuran lokasi) warga Bidara Cina Jakarta Timur selaku partisipan program Gender Watch tahu bahwa di salah satu wilayahnya ada tempat prostitusi. Namun, ketika diskusi dan menetapkan pemetaan permasalahan perempuan, kata prostitusi itu tidak keluar dari partisipan.

“Kan sebenarnya warga tahu sama tahu kalau di wilayahnya ada praktek prostitusi. Kalau kita menggunakan wawancara mendalam kepada informan, dia mungkin bisa bicara. Tapi, menurut analisis saya, mungkin mereka juga malu mengungkap fakta tersebut karena mereka tinggal di situ dan takut mencemarkan nama baik wilayah mereka,” kata Budhis di Kantor Kelurahan Bidara Cina Jalan Tanjung Lengkong Jakarta Timur, Selasa (26/5).

Menurutnya, ketidakberanian warga untuk mengungkap masalah perempuan adalah karena malu aibnya tersebar dan takut akan konsekuensi yang diterima setelah mengungkapkan masalah tersebut.

“Gejala ini akan lebih terlihat lagi jika kita sudah masuk dalam tahap diagram venn. Dalam tahap tersebut akan terlihat lembaga mana saja yang akan diungkap oleh warga dan seberapa besar peran dan manfaatnya bagi perempuan miskin.”

Dalam semua metode yang akan dipraktikkan, fasilitator tidak bisa memaksa partisipan untuk menyebutkan apa saja masalah perempuan yang secara nyata terjadi di lingkungannya. Inilah yang menurut Budhis merupakan suatu pekerjaan rumah KAPAL Perempuan melalui Sekolah Perempuan untuk  dianalisa, dievaluasi dan diperbarui programnya agar masyarakat terdorong untuk mengungkap apa saja permasalahan perempuan yang dialami di wilayahnya masing-masing tanpa harus takut adanya intimidasi dari pihak lain.

Budhis juga mengatakan bahwa metode-metode ini akan membuat perempuan lebih berani bersuara atau berargumentasi ketika dia atau lingkungan sekitar tidak mendapatkan haknya atas program jaminan sosial yang dicanangkan pemerintah.

“Karena mereka (partisipan) punya datanya. Ketika ada yang salah terkait dengan pendataan, mereka dapat langsung berargumentasi berbasis data. Gender Watch ini merupakan bagian dari mengkritiskan masyarakat khususnya perempuan karena pengetahuan mereka luas baik tentang data, demografi dan masalah perempuan.”

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home