Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 16:52 WIB | Senin, 17 Juni 2013

GPI: Afganistan Paling Tidak Damai, Indonesia Peringkat 54

Anak Afganistan (foto: amnestyinternational.org)

NEW YORK, SATU HARAPAN.COM - Selama kurun waktu satu tahun belakangan, dunia dinilai makin kurang damai. Afghanistan adalah salah satu negara yang paling tidak damai kemudian Somalia lalu Suriah. Namun tahun depan Suriah sepertinya akan menjadi negara yang paling tidak aman. Demikian disampaikan Global Peace Index (GPI). Skor GPI 2013 negara Afganistan adalah 3.440.

Menurut Michele Breslauer, Direktur Operasi Insitut Ekonomi dan Perdamaian Amerika Serikat "perdamaian merupakan bentuk tidak adanya kekerasan atau tidak adanya rasa takut terhadap kekerasan." Ada 22 indikator untuk mengukur tingkat perdamaian antara lain internal dan eksternal tingkat perdamaian dalam masyarakat, termasuk tingkat militerisasi, keselamatan, keamanan dan konflik terorganisir.

Islandia mendapat skor indeks 1.162 sampai saat ini masih mempertahankan posisinya sebagai negara yang paling damai diikuti oleh Denmark, Selandia Baru dan Austria. Austria mengalami peningkatan dari survei sebelumnya. Sementara Indonesia mendapat skor 1.879 ada diperingkat 54 dari 162 Negara.

Menurut Indeks yang diselenggarakan pada tahun 2007, Afghanistan terletak pada posisi dibawah 10, bahkan sekarang negara tersebut masih dinilai kurang damai bila dibandingkan tahun 2008. Hal tersebut diikuti oleh beberapa negara antara lain Somalia, Suriah dan Irak. Suriah telah mengalami penurunan indeks sekitar 70 persen.

Sampai saat ini masyarakat dunia telah bertumbuh menjadi keras, hal ini disebabkan oleh meningkatnya tingkat kekerasan internal, tingkat pembunuhan secara global meningkat 8 persen, peningkatan tersebut terjadi di Amerika Tengah dan Afrika Sub-Sahara. Kematian akibat konflik internal yang terorganisir juga mengalami peningkatan hal tersebut ditunjukkan dalam enam tahun terakhir telah terjadi perang antara Serikat ke konflik internal warga.

Menurut Daniel Hyslop, Direktur Riset di Lembaga Ekonomi dan Perdamaian ditanya mengenai Mali dan Haiti "Mali menduduki peringkat cukup rendah yaitu pada posisi ke 125 dalam kurun waktu satu tahun terakhir, posisi Mali akan mengalami penurunan jika kekerasan masih berlanjut di negara tersebut," ujarnya. "Menurut indeks lain yaitu indeks Perdamaian positif tampak pada sikap, lembaga dan struktur masyarakat yang damai, Mali merupakan salah satu negara yang kurang kelembagaannya," katanya.

"Haiti juga tidak memiliki kapasitas kelembagaan dan telah menjadi "penebang" besar sebelumnya," katanya. Menurut Ms Hurst, Haiti telah membuat kemajuan dibeberapa daerah selama tahun lalu diantaranya dilihat dari keamanan internal telah stabil dengan adanya peningkatan penyebaran polisi, jumlah tahanan dalam penjara telah menurun, kegiatan teroris telah mengalami penurunan dan skor negara mengalami peningkatan dinilai dari menurunnya jumlah kematian akibat konflik terorganisir internal. Perbaikan tersebut dapat dilihat dari menurunnya jumlah pengungsi dan orang terlantar. Kendala perbaikan yang masih dialami oleh Haiti yaitu kecenderung tingkat kekerasan negara itu masih terletak pada kuartal bawah.

Dalam sistem pengumpulan data untuk mengukur indeks perdamaian diukur melalui dua indikator yaitu indikator kualitatif dan indikator kuantitatif. Ms Hurst mencatat bahwa tingkat kriminalitas yang dialami oleh masyarakat merupakan indikator kualitatif bagi Global Peace Index (GPI). Pada skala lima poin, skor terburuk dalam ukuran yang mewakili tingkat ketidak percayaan diantara warga negara, orang-orang sangat berhati-hati dalam berhubungan dengan orang lain dan adanya batas antara sejumlah besar masyarakat dengan penjaga keamanan.

Menurut Mr Hyslop, data kualitatif tidak dapat dikumpulkan di lapangan karena membutuhkan biaya yang tinggi.

Mengenai masalah pendidikan, khususnya masalah pendidikan perdamaian apakah akan berdampak pada ekonomi dan kedamaian suatu negara, menurut Mr Hyslop, bahwa Global Peace Index (GPI) tidak mengukur hasil pendidikan. Namun pendidikan merupakan fasilitator sangat penting untuk perdamaian. Negara-negara dengan skor Global Peace Index (GPI) tinggi cenderung memiliki hasil pendidikan yang baik.

Editor : Yan Chrisna


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home