Loading...
SAINS
Penulis: Ignatius Dwiana 07:22 WIB | Rabu, 23 Oktober 2013

Greenpeace: Raksasa Minyak Sawit Wilmar Tersangkut Skandal Hutan

Konferensi pers Greenpeace. (Foto Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Raksasa minyak sawit yang berbasis di Singapura, Wilmar Internasional, telah mengambil langkah melestarikan hutan nilai konservasi tinggi (High Conservation Value, HCV) lahan gambut di konsesi sendiri. Tetapi konsesi itu hanya memasok kurang dari empat persen total minyak sawit yang diperdagangkan dan diolah. Sisanya dihasilkan pemasok pihak ketiga dan Wilmar Internasional tidak memiliki sistem yang tepat untuk memastikan keterlacakan asal usul rantai pasokan.

Laporan Greenpeace berjudul ‘License to Kill’ (Izin untuk Memusnakankan) - mendokumentasikan praktik-praktik ilegal dan tidak bertanggung jawab oleh Wilmar Internasional. Laporan ini disampaikan Green Peace  dalam konferensi pers pada Selasa (22/10).

Laporan Greenpeace mendokumentasikan adanya perkebunan kelapa sawit ilegal di dalam kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Perkebunan ilegal ini memasok hasil panenannya ke pabrik Wilmar Internasional. Perkebunan kelapa sawit ilegal itu juga turut menyediakan bahan baku rantai pasokan minyak sawit Indonesia.

Perkebunan kelapa sawit ilegal ini telah mengakibatkan kehancuran hutan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Greenpeace memperkirakan kawasan hutan itu tinggal tersisa seperempatnya. Habitat harimau pun ikut terganggu.

Greenpeace juga telah membentangkan spanduk guna menantang Wilmar Internasional untuk memilih perlindungan hutan, bukan perusakan. Pembentangan spanduk sekaligus juga pendokumentasian habitat harimau yang rusak akibat konsesi bertentangan dengan aturan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO, Perundingan Minyak Sawit Berkelanjutan) yang dilakukan pada 20 Oktober 2013 di konsesi milik Wilmar Internasional di Jambi.

Oleh karena itu, Greenpeace menuntut Wilmar agar berhenti mencuci minyak sawit kotor ke pasar global. Lembaga ini juga menyatakan akan terus berjuang melawan kerusakan hutan.

Greenpeace mengakui bahwa kelapa sawit itu bagian penting dalam perekonomian Indonesia dan meminta Wilmar Internasional untuk membuat kontribusi yang lebih nyata dalam pembangunan Indonesia dengan tidak menghancurkan masa depan rakyat Indonesia, satwa liar, dan iklim global.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home